Mengenal Delos, Startup Aquatech yang Rambah Sektor Tambak Udang: Produksi Naik 3 Kali Lipat
Ilustrasi (Foto: Dok. Delos)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan rintisan (startup) aquatech berbasis ilmu pengetahuan Delos memilih untuk masuk ke segmen perikanan budidaya tambak udang dalam mengembangkan bisnisnya.

Chief Executive Officer (CEO) Delos Guntur Mallarangeng menilai kebanyakan dari tambak udang di Indonesia belum dapat dioptimalkan dengan baik. Disisi lain, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan hasil budidaya udang sebagai salah satu komoditas unggulan.

“Udang adalah komoditas yang sangat potensial karena nilai ekonomisnya besar dan bersifat sustainable karena bisa dibudidayakan. Artinya, kita bisa menjadikan udang ini untuk masuk ke skala industri. Berbeda dengan komoditas tangkap yang cukup rentan berkurang apabila dieksplorasi secara besar-besaran,” ujarnya kepada VOI, Kamis, 30 Desember.

Guntur optimistis bisnis yang diusung bisa memetik kesuksesan di masa mendatang. Pasalnya, Indonesia memiliki sejumlah persyaratan untuk menjadi pemain penting dalam industri ini di kancah global.

“Kita menjadi negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Tapi ingat, Indonesia memiliki keuntungan sebagai negara tropis, kita punya sinar matahari sepanjang tahun. Tidak hanya itu, jumlah nelayan yang mencapai jutaan kita bisa konversi mereka menjadi pembudidaya,” tuturnya.

Dalam catatan Guntur, valuasi perdagangan komoditas udang internasional mencapai 40 miliar dolar AS per tahun. Adapun, porsi Indonesia masih tergolong kecil dengan besaran 2 miliar dolar AS.

“Padahal kapasitas produksi perusahaan-perusahaan pemrosesan udang baru sekitar 40-60 persen, jadi masih bisa ditingkatkan. Kami menyadari bahwa kondisi ini terjadi akibat kurangnya pasokan bahan baku. Untuk itulah kami mencoba membantu para petambak untuk dapat meningkatkan produksinya,” jelas dia.

Secara mendetail, Guntur mengidentifikasikan tiga aspek mengapa sektor pertambakan udang di dalam negeri belum optimal.

Pertama, kurangnya penerapan teknologi yang ilmiah. Dua, kualitas sumber daya manusia yang belum menunjang. Serta yang ketiga adalah kurangnya dukungan sektor finansial karena mayoritas lembaga keuangan formal menilai segmen ini cukup berisiko.

“Kalau tiga masalah itu tidak dipecahkan, maka sangat sulit untuk industri ini bisa berkembang,” katanya.

Lebih lanjut, sulung dari tokoh nasional Rizal Mallarangeng ini mengungkapkan rata-rata hasil produksi tambak udang konvensional berkisar antara 7-8 ton per hektar.

“Melalui pengaplikasian teknologi yang dimiliki Delos, tambak udang bisa menghasilkan produksi 25 ton sampai 35 ton perhektar dan ini target yang sebenarnya ingin kami tawarkan kepada klien. Kami sangat yakin karena pengoprasian Delos di tambak kelolaan internal Dewi Laut Akuakultur itu bisa menghasilkan rata-rata 41,8 ton perhektar,” jelasnya.

“Jadi yang kami lakukan adalah menerapkan teknologi dan sains dalam tambak sendiri,kita bungkus dalam aplikasi dan sistem operasional Delos, lalu menerapkan sistem ini ke tambak-tambak yang belum optimal,” tutup Guntur.