Tok! Bank Indonesia Tutup 2021 dengan Suku Bunga Tetap di Level 3,50 Persen
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan bahwa suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) tetap berada di level rendah 3,50 persen berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Desember 2021.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa suku bunga deposit facility juga tidak beranjak dari level 2,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen.

Untuk diketahui, level suku bunga 3,50 persen adalah yang terendah sepanjang sejarah. BI sendiri sudah cukup lama mempertahankan rate interest ini, tepatnya sejak tahun lalu setelah sebelumnya melakukan pemangkasan gradual sebesar 150 basis poin dalam enam kali penurunan.

“Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah perkiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar dia dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, 16 Desember.

Menurut Perry, Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi lebih lanjut.

“Kebijakan moneter tahun 2022 akan lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas, sementara kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, tetap untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Perry menambahkan, pihaknya bakal melanjutkan kebijakan nilai tukar rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar. Kemudian, bank sentral juga melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stance kebijakan moneter akomodatif.

“Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan kredit maupun pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan,” tutup Perry.