Sri Mulyani: Indonesia Hanya Butuh 1.5 Tahun untuk Kembali ke Level Ekonomi Sebelum Pandemi
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Tangkap layar Youtube Bisnis Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia termasuk dari sedikit negara yang mampu pulih secara cepat pasca COVID-19. Bahkan, Menkeu menyebut saat ini kapasitas ekonomi Indonesia telah mampu melebihi periode sebelum pandemi terjadi.

“Indonesia adalah negara yang mampu untuk kembali ke level precovid GDP-nya (gross domestic product) secara cepat. Di kuartal ketiga 2021, GDP Indonesia sudah melebihi precovid level. Negara-negara lain seperti Filipina, dan Malaysia mereka belum. Ini menggambarkan setiap perekonomian kemampuan recovery-nya tidak sama,” ujar dia saat menjadi pembicara dalam forum webinar Bisnis Indonesia, Rabu, 15 Desember.

Menurut Menkeu, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang ketat berdampak pada aktivitas ekonomi di kuartal tiga. Meski demikian, momentum pemulihan relatif terjaga yang tercermin pada pertumbuhan kuartal ke kuartal yang masih melaju 1,6 persen.

Lebih lanjut, bendahara negara lantas membandingkan tekanan ekonomi yang terjadi pada saat ini dengan krisis keuangan di penghujung 90-an lalu.

“Saat terjadi krisis keuangan 97/98 yang menyebabkan kebangkrutan massal, dibutuhkan waktu hingga empat tahun untuk kembali ke level sebelum krisis,” tuturnya.

Dalam catatan Menkeu, terdapat beberapa perbedaan mengapa krisis akibat COVID-19 cenderung lebih bisa diatasi. Pertama, sektor keuangan khususnya perbankan memiliki daya tahan yang lebih baik dari sebelumnya karena memiliki kualitas pencadangan yang mencukupi.

Kedua, peran ekspansi fiskal dan kebijakan moneter bank sentral yang akomodatif dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional. Serta yang terakhir adalah pemberlakuan suku bunga acuan di level rendah guna menstimulus aktivitas perekonomian.

“Indonesia recovery berjalan sangat cepat sekitar 1,5 tahun untuk bisa sampai ke level sebelumnya,” tutup Menkeu Sri Mulyani.