Bagikan:

JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, angkat bicara mengenai biaya sewa pesawat (leasing cost) yang tercatat lebih mahal dari harga normal mencapai 26 persen atau paling tinggi di dunia. Hal ini disorot banyak pihak, salah satunya adalah mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter F. Gontha.

Menurut Peter Gontha, sewa pesawat yang mahal tersebut dianggap menjadi penyebab utang Garuda menggunung. VP Corporate Secretary & Investor Relations Garuda Indonesia Mitra Piranti mengatakan bahwa harga sewa pesawat Garuda Indonesia tergantung harga pasar saat pesawat diakuisisi perusahaan.

Kata Mitra, harga sewa pesawat mempertimbangkan jangka waktu sewa, tahun pembuatan, dan konfigurasi pesawat. Dengan begitu, terjadi perbedaan signifikan antara harga sewa tahun-tahun sebelumnya dengan harga sewa saat ini.

"Harga sewa pesawat dibandingkan dengan harga sewa yang berlaku di pasar saat ini, pasti akan lebih tinggi untuk faktor pembanding yang sama," tulis manajemen Garuda dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat, 5 November.

Selain itu, Mitra menjelaskan, harga sewa di pasar akan menurun seiring bertambahnya usia pesawat, kondisi pasar, dan kondisi teknis pesawat tersebut.

Manajemen juga mencatat, harga pasar mengasumsikan pesawat diperoleh dengan spesifikasi standar pabrik. Di mana,kata Mitra, variasi metode akuisisi beberapa pesawat sebelumnya turut mempengaruhi harga sewa secara keseluruhan.

Selain itu, pesawat Garuda Indonesia memiliki spesifikasi yang disesuaikan dengan perencanaan perusahaan ketika pesawat diakuisisi. Alasannya, bisa mendorong peningkatan standar pelayanan dalam kaitan dengan pemenuhan standar full-service pada lingkup global.

Namun, perihal mana jenis pesawat yang memiliki biaya sewa lebih tinggi dari harga normal, manajemen Garuda Indonesia enggan berkomentar.

"Saat ini kami sedang melakukan renegosiasi sewa pesawat kepada lessor sebagai bagian dari upaya restrukturisasi perseroan, termasuk menjajaki kemungkinan opsi skema sewa pesawat yang lebih ekonomis dengan memperhatikan kondisi referensi pasar," tuturnya.

Suara keras dari Peter Gontha

Untuk diketahui, maskapai pelat merah itu menyewa delapan jenis pesawat. Antara lain Boeing 777-300, Boeing 737-800, Boeing 737-8 Max, Airbus A330-200, Airbus A330-300, Airbus A330-900, CRJ1000 NextGen, dan ATR 72-600.

Namun, yang menjadi sorotan adalah pesawat Boeing 777-300ER yang disewa Garuda Indonesia. Hal ini lantaran, mantan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Peter F. Gontha bersuara di media sosialnya. Ia mempertanyakan ke mana larinya uang selisih dari harga sewa pesawat Boeing 777-300ER yang disewa Garuda Indonesia.

Menurut Peter, biasanya harga sewa pesawat Boeing 777-300ER adalah sebesar 750 ribu dolar AS per bulan. Namun, sejak pertama surat sewa pesawat diteken, biaya yang dikeluarkan Garuda adalah 1,4 juta dolar AS per bulan.

"Ini Boeing 777, harga sewa di pasar rata-rata 750 ribu dolar AS per bulan. Garuda mulai dari hari pertama bayar dua kali lipat? 1,4 juta dolar AS per bulan. Uangnya kemana sih waktu diteken? Pingin tahu aja?," tulis Peter di akun Instagram pribadinya @petergontha, dikutip Kamis, 28 Oktober.

Seperti diketahui, Garuda memiliki total 142 pesawat, sebanyak 136 pesawat dengan status sewa dan 6 pesawat milik perseroan. Terdiri dari jenis pesawat Boeing 777-300ER, Boeing 737-800, Boeing 737-8 Max, Airbus A330-200, Airbus A330-300, Airbus A330-900, CRJ1000 NextGen, dan ATR 72-600.

Khusus untuk Boeing 777-300ER Garuda Indonesia memiliki 10 unit pesawat. Adapun pesawat yang bisa menampung total hingga 314 penumpang ini, digunakan untuk rute jarak jauh. Boeing 777-300ER ini diklaim oleh Garuda dapat melaju hingga 930 kilometer per jam.

Tercatat, Garuda Indonesia menyewa dua dari 777-300ER-nya dari ALAFCO, dua dari Altavair, dan enam sisanya dari ICBC Leasing. Namun, selama masa pandemi pesawat yang dioperasikan untuk mendukung operasional perusahaan berkurang. Berada pada kisaran 53 pesawat.