Rizal Ramli Soroti Peter Gontha yang Bongkar Borok Garuda Indonesia: Enak <i>Aja</i> Sekarang Mau Dibangkrutin, <i>Sopo</i> Penjahatnya?
Ekonom senior Rizal Ramli (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, menyoroti sikap buka-bukaan Peter Gontha terkait dengan kondisi maskapai nasional Garuda Indonesia yang tengah dirundung kesulitan finansial.

Menurut RR, sapaan akrab Rizal Ramli, dirinya pernah meminta pejabat tinggi negara untuk memperlihatkan dokumen keuangan Garuda pada beberapa tahun silam. Hal itu dimaksudkan untuk membuka tabir kondisi keuangan airlines sebenarnya.

Pada 2015, RR minta kontrak pembelian dan leasing Garuda yang mark-up, merugikan dihentikan. RR (kemudian) dibantah-bantah oleh Rini S (Menteri BUMN 2014-2019) dan media-media bayaran,” ujarnya melalui saluran instagram @rizalramli.official dikutip, Minggu, 31 Oktober.

Rizal lantas ‘mencolek’ salah satu jajaran petinggi Garuda yang juga dia kenal sebagai seorang kawan. Sosok tersebut adalah mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter Gontha. Adapun, mention tersebut dimaksud untuk mempertanyakan sikap pemerintah yang membuka opsi penutupan Garuda sebagai sebuah entitas usaha milik negara yang melayani rakyat.

Sekarang Peter buka-bukaan. Kok enak aja, mau cari cara gampang Garuda mau dibangkrutkan. Sopo penjahat-penjahatnya?” tutur dia.

Diungkapkan oleh Rizal jika perusahaan penerbangan berkode saham GIAA itu masih memiliki kesempatan untuk bertahan. Meski demikian RR tidak mengungkapkan secara detail bagaimana cara yang dimaksud.

Ada cara lain kok selamatkan GA,” tegasnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, usai menanggalkan ‘kursi empuk’ komisaris Garuda, Peter membongkar satu persatu borok dari national flag carrier tersebut.

Pertama, Peter menilai Garuda salah beli pesawat CRJ1000. Dikatakan bahwa faktor harga yang terlalu mahal dan ketidaksesuaian dengan kondisi geografis menjadikan kendaraan jet ini mubazir bagi Indonesia.

Dua, selisih uang sewa pesawat yang dianggap terlalu tinggi dari hitungan sebenarnya. Ketiga, adanya kelompok-kelompok bukan dari BUMN yang terlalu berkuasa dan terus menyandera perusahaan untuk kepentingan sendiri.

"Sekarang dengan adanya rencana pengurangan pesawat maka mereka yang menjadi korbannya sendiri. Tidak mempunyai pekerjaan dan akan kehilangan segalanya. Itulah kalau beberapa orang mempengaruhi koleganya," kata Peter seperti yang diberitakan VOI sebelumnya.

Empat, sikap serikat pekerja yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG) yang melakukan pungutan hingga setengah juta rupiah kepada setiap awak kokpit selama puluhan tahun tanpa ada kejelasan penggunaan dana.