Bagikan:

JAKARTA - Pada 18 Juni 1429, pasukan Prancis berhasil mengalahkan pasukan Inggris pimpinan John Fastolf dalam Pertempuran Patay di Patay, Prancis. Saat itu, pasukan Prancis dipimpin seorang wanita bernama Jeanne d’Arc.

Perang tersebut merupakan salah satu perang dari Perang Seratus Tahun. Pasukan Inggris menelan banyak kerugian dengan kehilangan banyak tentaranya. Sekitar 2.500 tentara Inggris tewas. Sementara Prancis kehilangan seratus tentaranya.

Sebelum memimpin pasukan perang, Jeanne tidak pernah berkelana jauh dari rumah. Ia hanya merawat hewan dan menjahit. Mengutip Biography, pada 1415, Raja Henry V dari Inggris menginvasi Prancis.

Setelah memberi kekalahan telak pada pasukan Prancis, Inggris mendapat dukungan dari Burgundia di Prancis. Perjanjian Troyes 1420 memberikan takhta Prancis kepada Raja Henry V sebagai wali bagi Raja Charles VI yang gila.

Dengan begitu Henry akan mendapat takhta jika Charles meninggal. Namun pada 1422, Henry dan Charles meninggal hanya dalam selang beberapa bulan. Kematian keduanya meninggalkan putra Henry yang masih bayi sebagai raja dari kedua kerajaan.

Jeanne d' Arc (Sumber: Commons Wikimedia)

Hal tersebut dilihat sebagai kesempatan bagi pendukung Prancis. Putra Charles VI, Charles VII, dianggap sebagai kesempatan mengembalikan mahkota kepada raja Prancis. Sekitar waktu ini sebuah keyakinan tumbuh di hati Jeanne.

Ia percaya Tuhan memilihnya untuk memimpin Prancis menuju kemenangan dalam perang jangka panjang dengan Inggris. Ia memiliki visi yang mendorongnya untuk menjalani kehidupan yang suci.

Seiring waktu, visi itu menjadi lebih jelas dan mendorongnya bertemu dengan Charles VII yang memiliki gelar Dauphin (pewaris takhta). Jeanne meminta izinnya untuk mengusir Inggris dan akan mengangkat Charles sebagai raja yang sah.

Bertemu dengan Dauphin

Pada Mei 1428, Jeanne mendapat 'pesan' berisi instruksi agar ia pergi ke Vaucouleurs dan menghubungi Robert de Baudricourt, komandan garnisun dan pendukung Charles VII. Pada awalnya, Baudricourt menolak permintaan Jeanne.

Tetapi kemudian setelah melihat ia mendapat persetujuan dari penduduk desa, Badricourt mengalah dan memberi Jeanne kuda dan pengawalan. Jeanne memotong rambutnya dan mengenakan pakaian pria untuk perjalanan 11 hari melintasi wilayah musuh ke Chinon.

Sesampainya Jeanne, Charles VII tak yakin apa yang akan dilakukan si gadis petani yang meminta audiensi dan mengaku bisa menyelamatkan Prancis itu. Bagaimanapun, Jeanne mendapatkan kepercayaan ketika berhasil menyamar di kerumunan anggota istana Charles.

Keduanya melakukan percakapan pribadi. Dikatakan bahwa Jeanne mengungkapkan rincian doa Charles kepada Tuhan untuk menyelamatkan Prancis. Masih tentatif, Charles meminta teolog terkemuka untuk memeriksanya.

Para pendeta melaporkan bahwa mereka tidak menemukan sesuatu yang tidak pantas dari diri Jeanne. Mereka hanya menemukan kesalehan, kesucian dan kerendahan hati.

Jeanne d'Arc di pertempuran Orléans

Monumen Jeanne d'Arc di Orleans (Sumber: Commons Wikimedia)

Jeanne d'Arc kala itu masih berusia 17 tahun. Ia diberi baju besi dan kuda. Ia juga diizinkan menemani tentara ke Orléans, tempat pengepungan Inggris. Dalam serangkaian pertempuran antara 4 Mei dan 7 Mei 1429, pasukan Prancis menguasai benteng Inggris.

Jeanne terluka tetapi kembali ke garis depan untuk mendorong serangan terakhir. Hingga akhirnya pada 18 Juni 1429 pasukan Prancis pimpinan Jeanne mengalahkan Inggris. Meski demikian Charles masih tidak memandang Jeanne.

Setelah kemenangan di Orléans, Jeanne terus mendorong Charles untuk bergegas ke Reims untuk dinobatkan sebagai raja. Namun Charles dan para penasihatnya memutuskan untuk lebih berhati-hati.

Charles dan arak-arakannya akhirnya memasuki Reims dan ia dimahkotai sebagai Raja Charles VII pada 18 Juli 1429. Joan berada di sisinya, menempati tempat yang terlihat dalam upacara tersebut.

Pada musim semi 1430, Raja Charles VII memerintahkan Jeanne ke Compiègne untuk menghadapi serangan Burgundia. Saat pertempuran, Jeanne terlempar dari kudanya dan ditinggalkan di luar gerbang kota.

Pihak Burgundia lalu menahan Jeanne beberapa bulan, bernegosiasi dengan Inggris, yang melihatnya sebagai hadiah propaganda yang berharga. Akhirnya, Burgundia menukar Jeanne dengan 10.000 franc.

Charles VII tidak yakin apa yang harus dilakukan dan menjauhkan diri dari urusan Jeanne. Jeanne lalu diserahkan kepada pejabat gereja yang bersikeras dia harus diadili karena melakukan bidah.

Jeanne didakwa dengan 70 tuduhan, termasuk sihir, bidah dan berpakaian seperti laki-laki. Pada 29 Mei 1431, pengadilan mengumumkan bahwa Jeanne d'Arc bersalah karena bidah. Pada 30 Mei, dia dibawa ke pasar di Rouen dan dibakar di tiang pancang.

Eksekusi dilakukan di hadapan sekitar sepuluh ribu orang. Saat itu Jeanne berusia 19 tahun. Salah satu legenda seputar peristiwa tersebut menceritakan bagaimana hatinya selamat dari api tanpa terpengaruh. Abunya dikumpulkan dan disebar di Seine.

Setelah kematian Jeanne, Perang Seratus Tahun kembali berlanjut selama 22 tahun. Raja Charles VII mempertahankan mahkotanya dan memerintahkan penyelidikan pada 1456 yang menyatakan Jeanne d'Arc tidak bersalah dari semua tuduhan. Jeanne dikanonisasi sebagai santo pada 16 Mei 1920 dan disebut sebagai santo pelindung Prancis.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

BERNAS Lainnya