JAKARTA – Kantor berita nasional Korea Selatan, Yonhap, pada 6 Januari petang memasang judul di laman olahraga: One S. Korean Coach Celebrated, Another Fired After ASEAN Football Tournament, Satu Pelatih Korea Selatan Berpesta, yang Lainnya Dipecat Usai Turnamen Sepak Bola ASEAN.
Gampang ditebak bahwa laporan tersebut berkaitan dengan dua pelatih asal Korea Selatan, Kim Sang-sik dan Shin Tae-yong.
Nasib keduanya memang bertolak belakang. Kim Sang-sik yang baru pada 3 Mei 2024 diikat kontrak sebagai pelatih Timnas Vietnam menggantikan Philippe Troussier, berhasil membawa timnya menjuarai Piala AFF 2024 dengan mengalahkan Thailand.
Gelar juara itu merupakan yang pertama di tingkat Asia Tenggara untuk Vietnam sejak 2018. Kala itu yang dijuluki Golden Star tersebut masih ditukangi pelatih yang juga berasal dari Korea Selatan, Park Hang-seo.
Di Indonesia, Shin Tae-yong yang menukangi timnas sejak dikontrak pada 28 Desember 2019 justru belum pernah membawa satu gelar juara pun. Setelah hampir lima tahun melatih timnas Indonesia dan nirgelar, Shin Tae-yong pun dipecat.
Keputusan pemecatan Shin Tae-yong dibacakan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir pada 6 Januari 2025.
“Kami sebenarnya sudah mempertimbangkan pergantian pelatih sebelum akhir tahun, terutama setelah laga melawan China. Namun, pada saat itu, kami merasa keputusan tersebut terlalu mepet dan bisa mengganggu stabilitas tim,” ungkap Erick dalam konferensi pers di Jakarta.
“Kami melihat perlunya ada pimpinan yang bisa lebih menerapkan strategi yang tentu disepakati oleh para pemain, komunikasi yang lebih baik, dan implementasi program yang lebih baik untuk Timnas Indonesia," kata Erick lagi dalam pernyataannya resminya.
Nihil Gelar Juara
Seperti sudah disinggung sebelumnya, selama lima tahun melatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong yang viral disapa “Coach Shin” belum menghasilkan satu pun gelar juara. Raihan terbaiknya untuk tim senior adalah runner up Piala AFF 2020. Dia juga membawa tim sepak bola Indonesia menempati peringkat ketiga dalam SEA Games 2021. Selebihnya, Shin Tae-yong belum menempatkan timnas Indonesia di podium, dalam turnamen apa pun.
Selain timnas senior, Shin Tae-yong juga menukangi kelompok umur yaitu U-20 dan U-23. Di kedua tim kelompok umur ini, pria kelahiran Yeongdeok, Korea Selatan pada 11 Oktober 1970 tersebut juga belum membawa prestasi juara. Shin Tae-yong baru berhasil membawa tim U-23 ke peringkat kedua Piala AFF U-23 2023.
Capaian prestasi Shin Tae-yong saat berkarier sebagai pelatih di negerinya juga tak spektakuler. Saat menukangi tim Seongnam Ilhwa Chunma, dia berhasil membawa tim itu sebagai juara Piala FA Korea Selatan 2011 dan Piala Champions Asia 2010. Di bawah asuhannya, pada 2009 Seongnam menempati peringkat kedua klasemen akhir K League dan runner up Piala FA Korea Selatan.
Shin Tae-yong juga pernah menjadi pelatih Korea Selatan di Piala Dunia 2018 Rusia. Dia menggantikan pelatih asal Jerman, Uli Stielike. Namun perjalanan Korea Selatan di Piala Dunia 2018 berakhir di penyisihan grup setelah kalah 0-1 dari Swedia dan 1-2 dari Meksiko, serta menang 2-0 atas Jerman.
Jika disandingkan dengan raihan prestasi dua pelatih Korea Selatan yang juga menangani timnas senior di Asia Tenggara, Park Hang-seo dan Kim Sang-sik, capaian Shin Tae-yong masih kalah.
Meskipun belum pernah menangani timnas Korea Selatan di Piala Dunia seperti Shin Tae-yong, Park Hang-seo lebih banyak mengoleksi gelar juara. Bahkan dia disebut sebagai pelatih terbaik sepanjang sejarah sepak bola Vietnam. Dia membawa timnas sepak bola Vietnam dua kali berturut-turut menjadi juara SEA Games, 2019 dan 2022. Selain itu, Piala AFF 2018 juga berhasil dijuarai Vietnam di bawah besutan Park Hang-seo.
BACA JUGA:
Sementara itu bagi Kim Sang-sik yang juga pernah memperkuat timnas Korea Selatan seperti halnya Shin Tae-yong, gelar juara bukanlah hal baru. Dia membawa Jeonbuk Hyundai Motors menjadi juara K League dalam musim pertamanya menangani tim itu pada 2021. Berkat capaian tersebut, Kim Sang-sik dianugerahi penghargaan sebagai manajer terbaik K League 2021.
Sebelum dikontrak sebagai pelatih timnas Vietnam, Kim Sang-sik juga membawa Jeonbuk menjadi juara Piala FA Korea Selatan 2022. Dan seperti banyak diketahui, dia membawa Vietnam menjuarai Piala AFF 2024 dalam musim pertamanya sebagai pelatih Vietnam. Di ajang ini pula tim asuhannya mengalahkan Indonesia yang dilatih Shin Tae-yong dengan skor 1-0, dalam babak penyisihan grup.
Pelatih Asia di Tim Eropa
Tak bisa disangkal bahwa timnas Indonesia yang saat ini berkiprah di kualifikasi Piala Dunia 2026 bisa disebut sebagai “tim Eropa”, atau banyak pula yang menjulukinya “timnas Belanda KW”. Wajar, karena ada 17 stok pemain timnas Indonesia yang dibesarkan dalam budaya sepak bola Eropa.
Dari jumlah tersebut, 15 di antaranya berdarah Belanda. Mereka adalah: Maarten Paes, Ivar Jenner, Justin Hubner, Thom Haye, Eliano Reijnders, Nathan Tjoe-A-On, Shayne Pattynama, Ragnar Oratmangoen, Rafael Struick, Mees Hilgers, Kevin Diks, Calvin Verdonk, Jay Idzes, dan Mark Klok. Seorang berdarah Inggris, yaitu Elkan Baggott. Seorang lagi berdarah Spanyol, yaitu Jordi Amat.
Dari semua pemain tersebut, hanya Mark Klok yang pernah merasakan iklim dan budaya sepak bola Indonesia karena dia lama berkiprah di Liga Indonesia, sebelum memutuskan menjadi WNI. Sementara lainnya sama sekali belum. Hanya Jordi Amat yang pernah merasakan iklim kompetisi di Asia, dengan kiprahnya di Liga Malaysia bersama Johor Darul Ta’zim (JDT).
Komunikasi menjadi faktor yang membuat Shin Tae-yong harus diberhentikan sebagai pelatih timnas Indonesia. Itu salah satu alasan yang diungkapkan Erick Thohir soal pemberhentian Shin Tae-yong.
Selama lima tahun menangani timnas, Shin Tae-yong memang sama sekali tidak menguasai bahasa selain bahasa Korea. Itu sebabnya dia selalu didampingi penerjemah.
Sayangnya penerjemah bernama Jeong Seok-seo yang akrab disapa Jeje itu juga hanya fasih berbahasa Indonesia selain Korea, karena sudah 14 tahun tinggal di Indonesia untuk menuntut ilmu. Dia tidak terlalu menguasai bahasa Inggris, apalagi Belanda. Padahal timnas Indonesia dihuni oleh sebagian besar pemain asal Eropa yang lahir hingga dewasa tak pernah tinggal di Indonesia, dan sudah pasti buta pada budaya dan bahasa Indonesia.
Wajar kalau kemudian faktor komunikasi menjadi masalah besar. Pemain-pemain asal Eropa tersebut sudah pasti kesulitan untuk mencerna kemauan Shin Tae-yong sebagai pelatih. Komunikasi merupakan faktor penting dalam olahraga tim seperti sepak bola.
Dalam sejarah sepak bola, baru ada satu pelatih asal Asia yang melatih tim di Eropa. Dia adalah Makoto Hasebe, mantan pemain timnas Jepang. Setelah bekiprah di Bundesliga Jerman sejak 2008 dan pensiun pada 2024, Hasebe meniti karier sebagai pelatih di klub yang terakhir dibelanya yaitu Eintracht Frankfurt.
Di klub itu Hasebe melatih tim U-21, bukan tim utama. Meskipun hanya melatih tim junior, pemilihan Hasebe untuk menangani Eintracht Frankfurt U-21 menjadi berita besar. Pada 22 Juli 2024, ESPN memuat berita soal Hasebe dengan judul: Why Hasebe could be First Asian Manager of a Top European Club.
Dengan tinggal selama puluhan tahun di Eropa, khususnya Jerman, Hasebe tentu sudah sangat memahami segala sisi budaya di sana. Keterbukaan pikirannya untuk menerima adat dan budaya di luar Jepang, membuat Hasebe mampu meniti karier sebagai pelatih di Eropa meskipun harus dimulai dari tim kelompok umur.
Keberanian Hasebe untuk mendobrak tren dan membalikkan anomali yang menghambat pertumbuhan dan popularitas sepak bola Asia adalah kuncinya. Dan hal itu belum dimiliki pelatih-pelatih Asia lain, termasuk Shin Tae-yong.
Hal yang biasa jika Shin Tae-yong kemudian diberhentikan sebagai pelatih timnas Indonesia, meskipun sedang menghadapi saat-saat krusial dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026. Toh dia pergi tidak dengan tangan hampa, karena sisa kontraknya sebesar Rp1,4 miliar per bulan yang baru berakhir pertengahan 2027 pasti dibayarkan PSSI seperti dijanjikan Erick. Bayaran itu jauh lebih tinggi dibandingkan rataan gaji pelatih sepak bola papan atas di Korea Selatan, yang berkisar Rp300-an juta per tahun.
Belum lagi Shin Tae-yong juga menikmati hasil dari penampilannya sebagai bintang iklan di berbagai produk komersial dari beberapa perusahaan Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia, mulai kopi hingga otomotif. Bahkan dia sudah mendapatkan Golden Visa dari pemerintah Indonesia, yang diserahkan langsung olah Presiden Joko Widodo di Jakarta pada 27 Juli 2024.
Hamsagabnida, terima kasih Shin Tae-yong.