Bagikan:

JAKARTA - Senin, 15 Maret, otoritas Vatikan menyatakan sikap melarang para pendeta gereja Katolik Roma memberkati pernikahan pasangan sesama jenis. Sikap ini menimbulkan pertanyaan soal konsistensi sikap Vatikan, terutama Paus Fransiskus yang sempat menyatakan dukungan pada persatuan sipil sebagai pengganti pernikahan bagi pasangan sejenis. Bagaimana sebenarnya Katolik melihat homoseksual?

Dalam sebuah pernyataan yang disetujui Paus Fransiskus, kantor ortodoksi Vatikan mengumumkan larangan itu. Keputusan ini diketuk oleh Concregation for the Doctrine of the Faith (CDF), sebagai jawaban atas pertanyaan soal kewenangan gereja memberkati pernikahan sejenis.

"Negatif," tertulis dalam jawaban yang ditandatangani Kardinal Luis Ladaria, Kepala CDF. CDF adalah lembaga tua yang didirikan pada abad pertengahan --sekitar tahun 1542-- untuk memerangi bidah. Ladaria tak menampik kemungkinan-kemungkinan positif yang timbul dari pernikahan sesama jenis.

Namun, dosa tetaplah dosa. Dan Tuhan tidak dapat "memberkati dosa," begitu kira-kira penjelasan Ladaria. Keputusan Vatikan diterbitkan kurang dari sepekan setelah European Union (EU) mendeklarasikan diri sebagai zona kebebasan LGBTQ +.

Basilika Santo Petrus, Vatikan (Sumber: Commons Wikimedia)

Protes dilakukan sejumlah pastor Katolik Roma. Mereka berdemonstrasi dalam kampanye pembangkangan terhadap larangan Vatikan. Para pastor satu suara, mereka akan terus memberkati pasangan sejenis, sekalipun itu bertentangan dengan perintah gereja.

Di sejumlah negara, paroki dan pendeta telah memberkati persatuan pasangan sejenis sebagai pengganti pernikahan. Bahkan, ada seruan untuk para uskup untuk melembagakan secara de facto persatuan pasangan sejenis itu. Kondisi ini membuat Vatikan khawatir.

"Kami anggota Parish Priests Initiative sangat terkejut dengan keputusan Romawi baru yang melarang pemberkatan pasangan sesama jenis. Ini adalah kekambuhan ke masa-masa yang kami harapkan dapat diatasi dengan Paus Fransiskus," kata kelompok yang berbasis di Austria itu memberi pernyataan yang dikutip Reuters.

Ilustrasi LGBT (Margaux Bellott/Unsplash)

"Kami akan (berada) dalam solidaritas, dengan begitu banyak, tidak menolak pasangan yang penuh kasih di masa depan, yang meminta untuk merayakan berkat Tuhan yang mereka alami setiap hari, juga dalam kebaktian," sambung pernyataan tersebut.

Inisiatif Pastor Paroki yang dipimpin Pastor Helmut Schueller telah lama jadi duri di sisi Vatikan. Kelompok itu menginginkan peraturan gereja diubah, sehingga para imam dapat menikah, dan wanita bisa menjadi imam.

Kelompok ini juga akan melanggar aturan gereja dengan memberi komuni kepada Protestan dan Katolik yang bercerai lalu menikah lagi. Didirikan tahun 2006 oleh sembilan imam, inisiatif tersebut mengklaim telah memiliki sekitar 350 anggota dari jajaran resmi gereja dan lebih dari tiga ribu pendukung awam.

Bagaimana Katolik melihat homoseksual?

Harapan gereja Katolik akan lebih ramah terhadap kaum LGBTIQ sejatinya mulai terbangun di masa Paus Fransiskus. Ia adalah paus pertama yang menyatakan dukungan terhadap keberadaan kaum LGBTIQ, bahkan persatuan sipil bagi pasangan sesama jenis.

Dukungan Paus Fransiskus tersirat lewat pernyataannya di film dokumenter garapan Evgeny Alfineevsky berjudul Fransesco. Film yang mengangkat kehidupan dan karya Paus itu tayang perdana di Festival Film Roma, Rabu, 21 Oktober 2020.

"Kaum homoseksual punya hak untuk berkeluarga," kata Paus Fransiskus dalam film.

"Mereka adalah anak-anak Tuhan dan memiliki hak atas sebuah keluarga. Tidak ada yang boleh dibuang atau dibuat sengsara karenanya."

"Apa yang harus kita buat adalah undang-undang tentang persatuan sipil. Dengan cara itu mereka dilindungi undang-undang."

Pernyataan Paus Fransiskus disambut gembira banyak aktivis dan lembaga pendukung LGBTIQ. Ya, termasuk Pastor Helmut Schueller dan inisiatifnya, yang mengaku kecewa.

Analis yang juga koresponden BBC untuk Roma, Italia, Mark Lowen sudah sejak awal memaparkan pandangan dalam situasi ini. Menurutnya, sulit berharap banyak hanya dengan mendengar pernyataan Paus Fransiskus dalam film.

Ya, meski tak ia pungkiri bahwa ini adalah pernyataan dukungan paling tegas yang pernah disampaikan pemimpin agama Katolik. Mark Lowen memberi dua kemungkinan soal bagaimana memaknai pernyataan Paus Fransiskus dalam Fransesco.

Ini dapat berarti perubahan fundamental yang dicetuskan Paus dan akan berdampak besar pada sikap Vatikan. Namun, ini juga bisa jadi sekadar pernyataan spontan seorang pemimpin agama Katolik, yang tetap mustahil baginya mengabaikan doktrin konservatif dan tradisional dari gereja ketika didesak untuk mengambil tindakan lebih nyata.

Paus Fransiskus (Twitter/@Pontivex_es)

Pada prinsipnya, ajaran Katolik menempatkan posisi kaum homoseksual sebagai kelompok manusia yang harus diperlakukan setara dalam martabat dan kehormatan. Orientasi homoseksual bukan dosa. Namun perilaku homoseksual jelas sebuah dosa.

Sebuah dokumen yang dirilis kantor doktrin Vatikan pada 2003 menyatakan bahwa penghormatan gereja pada kaum homoseksual "tak dapat serta merta mengarah pada persetujuan perilaku homoseksual atau pengakuan hukum atas serikat homoseksual."

Secara pribadi, Fransiskus, pada 2013 juga menegaskan pandangan itu, bahwa homoseksual "termaafkan" selama ia masih berbentuk orientasi seksual. "Jika seseorang gay, namun ia mencari Tuhan dan memiliki niat baik, siapa saya menghakimi mereka?" tutur Paus tahun 2013.

*Baca informasi lain soal LGBTIQ atau baca tulisan menarik lain dari Ahmad Fauzi Iyabu dan Yudhistira Mahabharata.

BERNAS Lainnya