Bagikan:

JAKARTA - Ada satu kisah tertinggal dari tsunami Jepang sepuluh tahun lalu. Tentang Yasuo Takamatsu, yang istrinya hilang sejak gelombang laut menggulung Onagawa. Sejak itu Yasuo terus menyelam untuk mencari istrinya, Yuko.

Pria 64 tahun sebelumnya bukan penyelam berlisensi. Demi mencari Yuko ia mengejar lisensi menyelam.

Yasuo telah melakukan penyelaman solo mingguan selama tujuh tahun terakhir. "Aku selalu berpikir dia mungkin ada di dekat sini," kata Yasuo dikutip The Sun, Sabtu, 13 Maret.

Sejauh penyelaman ini, Yasuo telah menemukan banyak benda. Ia mendapat album, pakaian, serta berbagai artefak lain. Namun tak ada satupun milik istrinya.

Jepang masih cari korban tsunami

Selain penyelaman solo, Yasuo juga kerap bergabung dengan otoritas dalam agenda pencarian bulanan. Memang, otoritas Jepang masih rutin melakukan pencarian jasad korban.

Tercatat masih ada 2.500 jenazah belum ditemukan. Yasuo mengatakan bekas luka di kota itu sebagian besar telah sembuh.

Tetapi pemulihan hati orang-orang akan membutuhkan waktu. Lebih dari 800 dari 10 ribu penduduk Onagawa tewas dalam bencana tsunami itu.

Sebanyak 569 jenazah ditemukan dalam beberapa hari dan bulan-bulan berikutnya. Yuko sendiri adalah satu dari sepertiga penduduk Onagawa yang diduga tewas karena jasadnya belum ditemukan.

"Saya merasa kami tidak melakukan semua yang kami bisa untuk dia," kata Yasuo.

Hari nahas

Yasuo bercerita tentang pesan terakhir sang istri. Di hari bencana itu Yuko bertanya pada Yasuo, apakah ia baik-baik saja? Yuko juga mengatakan ingin segera pulang dari tempat kerjanya di bank.

“Saya yakin dia masih ingin pulang,” kata Yasuo, sembari menegaskan bahwa ia akan terus mencari Yuko selama "tubuhnya bergerak."

Tsunami itu dipicu oleh gempa paling kuat yang pernah terjadi di Jepang. Gempa itu juga jadi yang paling mengguncang di dunia sejak tahun 1900. 

Setelah gempa terjadi, gelombang setinggi 133 kaki menggulung pantai timur laut Jepang. Gelombang bahkan menghantam pembangkit nuklir Fukushima Dai-ichi.

Gelombang yang bergerak dengan kecepatan 700 kilometer per jam menghantam daratan hingga luas 10 kilometer. Gempa tersebut menyebabkan kerusakan senilai 360 miliar dolar AS, menjadikannya bencana termahal dalam sejarah dunia.

BERNAS Lainnya