Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin Gereja Katolik dunia Paus Fransiskus mengatakan kepada seorang transgender muda, "Tuhan mengasihi kita apa adanya", sebagai bentuk penjangkauan terbarunya terhadap komunitas LGBT.

Komentarnya, yang dirilis oleh media Vatikan pada Hari Selasa, dalam sebuah podcast di mana Paus Fransiskus mendengarkan dan menanggapi pesan-pesan audio dari orang-orang muda menjelang festival pemuda Katolik yang akan Ia hadiri di Portugal pekan depan.

Salah satu anak muda itu adalah Giona, seorang Italia berusia awal 20-an yang mengatakan mereka "terbelah oleh dikotomi antara iman (Katolik) dan identitas transgender".

"Tuhan selalu berjalan bersama kita... Bahkan jika kita adalah orang berdosa, Dia mendekat untuk menolong kita. Tuhan mengasihi kita apa adanya, ini adalah kasih Tuhan," jawab Paus Fransiskus, melansir Reuters 26 Juli.

Diketahui, Gereja Katolik mengajarkan bahwa anggota komunitas LGBT harus diperlakukan dengan hormat, penuh kasih sayang dan kepekaan, serta hak asasi mereka dihormati.

Apakah Gereja dapat dan harus lebih ramah terhadap kaum LGBT, misalnya dengan memberikan pemberkatan untuk pernikahan sesama jenis, adalah topik yang sangat sensitif.

Paus Fransiskus pernah mengatakan "siapa saya untuk menghakimi" dalam sebuah jawaban atas pertanyaan khusus tentang homoseksual, dan mengutuk hukum yang mengkriminalisasi anggota komunitas LGBT sebagai sebuah dosa dan ketidakadilan.

Pada saat yang sama, Paus menegaskan kembali bahwa pernikahan hanya dapat dipahami sebagai persatuan seumur hidup antara seorang pria dan seorang wanita. Dia mendukung undang-undang sipil yang memberikan hak-hak pasangan sesama jenis dalam masalah birokrasi, seperti pensiun dan perawatan kesehatan.

Sementara itu, kaum konservatif menentang sikap Paus Fransiskus yang lebih ramah dan tidak menghakimi komunitas LGBT, meskipun ia secara konsisten mengacu pada ajaran Katolik tradisional yang mengatakan ketertarikan sesama jenis tidak berdosa, tetapi tindakan sesama jenis adalah dosa.

Diketahui, pertemuan para uskup sedunia mendatang yang akan digelar Bulan Oktober serta tahun 2024, diharapkan untuk membahas sikap Gereja terhadap kelompok LGBT, wanita dan umat Katolik yang telah bercerai dan menikah lagi di luar Gereja.