JAKARTA – Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Fadli Zon merasa takjub dengan kehebatan negara Aljazair. Negara yang terletak di pesisir Laut Tengah, Afrika Utara ini, menurut dia, memiliki sistem pengelolaan sumber daya yang baik.
Harga bensin saja hanya Rp3.000 per liter, solar Rp1.700 per liter. Tidak ada satu pun ruas jalan yang berbayar. Yang lebih hebat lagi, Aljazair memberikan pelayanan kesehatan gratis dan pendidikan gratis sampai jenjang S2 untuk warganya.
“Di Aljazair, kesehatan gratis, pendidikan gratis sampai S2, sebagian perumahan gratis. Luar biasa.” Rasa takjub ini diungkapkan Fadli Zon lewat akun Twitternya pada 29 Januari 2023.
Meski hanya sekadar informasi, twit tersebut justru menuai komentar sinis. Banyak pegiat Twitter menganggap apa yang dituliskan Fadli Zon sebagai kalimat satire, menyindir kondisi di dalam negeri.
“Menyampaikan kehebatan negara lain dan seakan-akan menunjukkan kebobrokan negara sendiri, padahal ikut terlibat dalam perjalanan negara ini. Jadi di mana kehebatan menyuarakannya? Seharusnya, ikut malulah...,” tulis @elesteLST mengomentari.
Lagipula, membandingkan Aljazair dengan Indonesia tidak tepat, tambah @andre_citro, “Enggak apple to apple. Produksi minyak Aljazair itu hampir 2 kali nya Indonesia dengan populasi 44 juta. Di sini, populasi kita 270 juta tentu saja demand minyak lebih banyak. Dimana kalau ada demand banyak dan supply terbatas pasti lah mahal.”
Bila mengacu data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang dijabarkan akun Prastowo Yustinus memang tidak sebanding. Aljazair memiliki cadangan minyak hingga 12,2 miliar barel pada 2021, lima kali lipat lebih besar dari Indonesia yang hanya 2,4 miliar barel pada tahun yang sama.
Produksi minyak mentah termasuk sewa kondensat Aljazair juga mencapai lebih dari 1 juta barel per hari pada November 2022, hampir dua kali lipat lebih banyak dari Indonesia yang 619.770 barel per hari.
Begitupula dari populasi penduduk Aljazair, hanya 44.178.884 jiwa pada 2022 atau hanya 1/6 populasi penduduk Indonesia yang mencapai 277 juta jiwa.
Sementara, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto Aljazair ternyata mencapai 62,99 persen pada 2021, lebih tinggi dari Indonesia yang hanya 41,6 persen.
Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), rasio utang terhadap PDB didapat dengan membagi utang terhadap PDB suatu negara. Rasio ini merupakan indikator kunci untuk menilai keberlanjutan keuangan suatu negara.
“Pak @fadlizon mungkin perlu membandingkan ini juga. Aljazair punya cadangan minyak 5x Indonesia, lifting 2x Indonesia, dan jumlah penduduk hanya 1/6 Indonesia. Eh…rasio utang Aljazair 62,99%. Di sini rasio utang 39,57% (2022) sdh Anda nyinyirin habis2an,” cuit Prastowo.
Dia pun menilai informasi dasar yang dituliskan Fadli Zon terkait harga bahan bakar minyak di Aljazair kurang akurat. Bila merujuk Global Petrol Prices, harga bensin di Aljazair pada 23 Januari 2023 adalah 45,97 Dinar Aljazair atau sekitar Rp5.077.
Namun, menurut Fadli Zon, dia hanya menyampaikan informasi dasar soal harga bensin. Bukan membandingkannya dengan Indonesia.
“Coba baca pelan2 twit sy, itu informasi dasar soal harga bensin, solar n tak jalan berbayar. Yg buat perbandingan n sewot kan anda sendiri. Yg jelas Aljazair mungkin belajar dr Pasal 33 UUD 1945, bhw kekayaan alam utk sebesar2nya kemakmuran rakyat, bukan kemakmuran asing,” cuit Fadli Zon menanggapi komentar Prastowo pada 30 Januari.
“Hehe…saya tidak perlu sewot dan bermain kata utk urusan begini. Saya justru memberi informasi pendamping buat publik Indonesia, bahwa informasi harga yg dilepaskan dari konteksnya rawan menyesatkan. Penetapan harga BBM adalah keputusan pemerintah, di mana Gerindra bagiannya,” Prastowo kembali menangkis.
Beda Negara, Beda Harga BBM
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di setiap negara memang berbeda-beda. Jangankan Aljazair, harga BBM Indonesia dengan negara tetangga Malaysia saja berbeda. Setidaknya ada sejumlah faktor yang mempengaruhi harga BBM di setiap negara:
Pertama tentu harga minyak dunia. Fluktuasi harga minyak mentah di pasar internasional pada prinsipnya mengikuti tren yang berlaku umum dalam ekonomi pasar. Melansir dari Fauzannissa dalam ‘Jurnal Gaussian Volume 5’ harga minyak dunia dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
- Faktor pertama adalah faktor fundamental, yang terdiri atas permintaan minyak, pasokan minyak, stok minyak, kapasitas produksi cadangan dunia dan kemampuan kilang dunia.
- Faktor non fundamental, seperti geopolitik, kebijakan pemerintah, cuaca, bencana alam, pemogokan, kerusakan instalasi ranai produksi, pelemahan nilai dollar dan spekulasi.
- Pengaruh dari kebijakan pasokan OPEC.
Harga minyak yang ditetapkan pada akhirnya berkaitan juga dengan nilai mata uang masing-masing negara.
Kedua, kebijakan subsidi. Setiap negara juga menetapkan kebijakan subsidi yang berbeda-beda. Misal Indonesia ketika menaikkan harga BBM pada September 2022. Data Kementerian Keuangan menyebut besaran subsidi dan kompensasi energi di APBN 2022 ketika itu, sudah mencapai Rp502,4 triliun.
Melihat kecenderungan harga minyak dunia masih di angka 100-105 dolar AS per barel, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang berkisar dari Rp14.450-Rp14.700, dan volume konsumsi BBM yang terus meningkat akhirnya pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga BBM.
Sebab bila tidak, besaran subsidi akan terus membengkak hingga Rp698 triliun.
Ketiga, produksi dalam negeri. Negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC, seperti Aljazair, Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Venezuela mungkin tidak perlu melakukan impor karena hasil produksi minyak mereka sudah mencukupi untuk kebutuhan di negaranya masing-masing.
Berbeda dengan Indonesia. SKK Migas mencatat, produksi minyak mentah Indonesia hanya 616,6 ribu barel per hari hingga Juni 2022. Tidak sebanding dengan kebutuhannya yang mencapai sekitar lebih dari 1,2 juta barel per hari.
Indonesia harus mengimpor minyak dari negara lain guna mencukupi kebutuhan dalam negeri. Inilah yang mempengaruhi harga BBM Indonesia berbeda dengan negara lainnya.