JAKARTA - Pasangan calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakoso unggul telak dalam hitung cepat (quick count) Pilkada 2020, dan melibas paslon lawan yang berada di jalur independen.
Berdasarkan quick count Charta Politika, Gibran-Teguh mendapat kemenangan sebesar 87,15 persen. Sementara, lawannya yakni Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) 12,85 persen.
Angka kemenangan ini juga tak jauh berbeda dari rekapitulasi suara internal yang dikumpulkan oleh saksi paslon Gibran-Teguh di tiap TPS saat pemungutan suara.
Kepada VOI, Ketua Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN) PDI Perjuangan Solo, Sapto Rahardjo memaparkan hasil rekapitulasi internal yang terkumpul. "Data ini dikumpulkan pada 9 Desember per pukul 23.15 WIB," kata Sapto, 14 Desember.
Dari total lima kecamatan di Solo, Gibran-Teguh mendapat 225.326 suara atau sebesar 86,13 persen. Sementara, Bajo mendapat 36.298 suara atau 13,87 persen.
Tapi bila dibandingkan perolehan suara yang ditadahi Gibran-Teguh dari total daftar pemilih tetap (DPT), ternyata hampir separuh pemilih tidak memilih Gibran. Mereka menaruh suaranya kepada paslon lawan atau memilih membiarkan surat suara menjadi tidak sah atau tidak digunakan.
BACA JUGA:
Masih dalam rekapitulasi data yang dimiliki BSPN PDIP, total DPT yang bisa menggunakan hak suara ada 419.347 pemilih. Namun, hanya 295.041 pemilih yang hadir di TPS dan partisipasi pemilih hanya sebesar 69,32 persen. Sementara, ada 124.306 pemilih tak menggunakan hak pilihnya.
Jika menggabungkan suara pemilih yang mencoblos Bajo, ditambah suara tidak sah karena tidak digunakan, sebanyak 160.604 pemilih tidak menaruh pilihan suaranya pada Gibran-Teguh.
Itu artinya, ada hampir separuh pemilih atau 45,57 persen yang tidak memilih Gibran-Teguh, dan 54,43 yang memilih Gibran-Teguh.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menganggap angka 45,57 persen yang tidak memilih paslon yang diusung PDIP menjadi pukulan bagi Gibran. Angka ini menunjukkan, ada sejumlah masyarakat yang jengah dengan praktik politik dinasti antara Gibran dengan Presiden Jokowi, meskipun berada di Solo yang notabene merupakan kandang PDIP.
"Sebagai basis kandang banteng dan sebagai anak presiden, hal tersebut merupakan peringatan. Karena rakyat sudah terlalu muak dengan politik yang mengedapan dinasti. Karena yang akan jadi adalah keluarga yang itu-itu saja," tutur Ujang.
Hal ini bisa dilihat dari perbandingan perolehan suara antara Gibran dengan ayahnya yang sepuluh tahun lalu berkompetisi di kota yang sama.
Saat Pilkada 2010 di Solo, Jokowi yang berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo mendapat 90 persen suara dengan tingkat partisipasi sebesar 71,7 persen. Lalu, pada Pilpres 2019 sebanyak 82,23 persen pemilih Kota Solo memilih Jokowi-Ma'ruf Amin.
Ujang menjelaskan, rendahnya partisipasi pemilih dan hampir separuh DPT tidak memilih Gibran bisa menjadi bentuk protes kepada sistem perpolitikan di Kota Solo untuk berbenah.
"Ini bisa menjadi alarm dan lampu kuning bagi Gibran. Masyarakat Solo sepertinya sudah cerdas, paham, dan tahu situasi politik di wilayahnya. Mereka sudah tahu Gibran akan menang. Sudah tahu akan banyak pengondisian. Maka, masyarakat protes dengan cara tak memilih Gibran dengan angka 45,57 persen itu," pungkasnya.
Siapa Gibran Rakabuming sebenarnya
Gibran Rakabuming Raka merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Joko Widodo dan Iriana. Gibran dilahirkan pada tanggal 1 Oktober 1987. Seorang anak yang berhasil mengubah keputusan sang ayah kelak untuk kembali ke kampung halamannya di Solo ketimbang meneruskan karirnya kala itu di perusahaan BUMN, P.T Kraft Aceh di daerah Gayo, Aceh Barat. Kerinduan Jokowi begitu mendalam kepada Iriana, sang istri yang mengandung seorang bayi, kelak diberi nama Gibran Rakabuming.
Demi memompa semangat daya juang Jokowi, ia mengabadikan nama sang anak pertamanya sebagai nama perusahaan pertama rintisannya dalam bidang industri kayu, PT Rakabu.
Sejak kecil hingga lulus Sekolah Menengah Pertama dihabiskan Gibran di kota kelahirannya Solo, Jawa Tengah. Ia kemudian melanjutkan SMA di Singapura lewat Orchid Park Secondary School. Selepas SMA ia berkuliah di Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan University of Technology Insearch, Sydney, Australia. Gibran menamatkan kuliahnya di Australia pada tahun 2010.
Selama 8 tahun Gibran menjalani kehidupan mandiri di luar negeri, sebelum nantinya kembali ke tanah air. Gibran belajar tumbuh menjadi anak yang mandiri. Saat itu sang ayah mulai mengalami kenaikan jabatan, mulai dari Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga nantinya menuju tampuk kursi RI-1 pada tahun 2014–2019.
Pada tahun 2010 di bulan Desember Gibran merintis usaha jasa boga lewat bisnis catering Chilli Pari. Sehingga ia ditunjuk sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo. Demi memperluas kualitas bahasa Inggris para karyawan lepas catering Chili Pari, ia mendirikan House of Knowledge. Sebuah rumah pendidikan yang melatih kualitas bahasa Inggris.
Pada 11 Juni 2015 Gibran menikahi Selvi Ananda, seorang mantan putri Solo. Kemudian pada tanggal 10 Maret 2016 mereka berdua dikaruniai anak laki-laki berwajah lucu dinamai Jan Ethes Srinarendra. Empat tahun kemudian di tahun 2019, anak kedua Gibran perempuan lahir dan diberi nama La Lembah Manah.
— Tim VOI pernah menulis segala sesuatu tentang Gibran Rakabuming. Termasuk mengenai Gibran yang memulia modal usaha pertamanya bersama Chili Pari melalui pinjaman sebuah Bank. Simak informasi itu melalui Mengenal Siapa Gibran Rakabuming Sebenarnya —
Pada tahun 2015 Gibran bersama Kaesang Pangarep sang adik, berkolaborasi membuka usaha bersama lewat "Markobar" akronim dari Martabak Kota Baru. Sebuah usaha kuliner yang fokus berjualan martabak khas mereka berdua, delapan rasa andalannya. Berawal di kota Solo, kini Markobar diklaim telah memiliki 29 cabang di kota-kota besar Indonesia.
Ia turut pula mendirikan sebuah aplikasi pencari pekerja lepas dan paruh waktu yang bernama Kerjaholic bersama Leonard Hidayat, Josh Ching, Michael, Daniel Hidayat. Kerjaholic adalah sebuah aplikasi yang bisa menghubungkan para pencari kerja dengan pihak-pihak yang sedang mencari pekerja lepas dan paruh waktu.
Bersama Kevin Susanto, Gibran lagi-lagi membuka rintisan startup bernama Goola. Sebuah versi modern dari minuman tradisional dengan 22 menu minuman dalam empat seri: Signature (produk unggulan), Tea (teh), Coffee (kopi), dan Refreshing (minuman segar). Usaha startup besutan Gibran bersama sang rekannya pun diberikan pendanaan senilai 5 juta dollar, atau setara Rp 70 miliar dari modal ventura Alpha JWC Features.