Bagikan:

JAKARTA - Gibran Rakabuming adalah anak pertama dari Presiden Joko Widodo dan Iriana. Sosok milenial yang mencalonkan diri maju sebagai Calon Walikota Kota Solo di Pilkada 2020 lewat PDI Perjuangan. Ia memulai karirnya sebagai pengusaha jasa boga lewat nama Chili Pari, yakni sebuah usaha catering yang dirintisnya sejak Desember 2010. 

Dengan mendatangi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sekaligus Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo. Gibran ketika itu menanyakan bagaimana mekanisme pencalonan Wali Kota Solo.

Nama Gibran Rakabuming akhirnya resmi terdaftar sebagai calon wali kota Solo 2020 lewat jalur Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrasi Perjuangan. Perlahan meminggirkan figur sekelas Achmad Purnomo yang sebelumnya digadang-gadang sebagai calon potensial pengganti Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo atau bisa disapa F.X Rudyatmo. 

Gibran memang tak mewajibkan masyarakat Solo menyoblos dirinya saat hari pemilihan berlangsung. Tapi butuh ekstra super kerja keras figur lawan untuk menandingi kedigdayaan seorang anak presiden bernama Gibran Rakabuming. Semakin ke sini, namanya semakin populer lewat berbagai survei formal ataupun jajak pendapat publik kota Solo.

"Jadi tidak ada kewajiban untuk mencoblos saya. [Pilkada] ini kan kontestasi, bukan penunjukan. Jadi, kalau yang namanya dinasti politik, di mana dinasti politiknya? Saya juga bingung kalau orang bertanya seperti itu,” ucap Gibra Rakabuming setengah menantang dalam diskusi virtual bertajuk 'Anak Muda Berpolitik, Siapa Takut, Jumat, 24 Juli 2020.

___

Gibran Sang calon wali kota Solo 2020

“Nggak, nggak tertarik (menjadi politikus),” ucap ayah dari Jan Ethes dan La Lembah Manah saat itu di bulan Agustus 2018 silam ketika peresmian outlet Sang Pisang dan Markobar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. 

Setidaknya sampai tahun berikutnya, di bulan Juli 2019 jawaban Gibran masih keukeuh senada: tak berminat menjadi politikus ataupun menginjak ranah perpolitikan nasional. Ketika hampir semua anak dari para presiden republik ini terjun ke dalam dunia politik, kecuali B.J Habibie. Gibran masih sama pandangannya, dunia politik tak begitu menarik ketimbang menjadi pengusaha. Ditambah pernyataan sang ayahnya sendiri, bahwa anak-anaknya tak mau berpolitik dalam waktu dekat. 

Namun kehidupan itu dinamis. Persis dunia politik yang seringkali menganggap istilah ‘dinamis’ sebagai kosakata lumrah dan mengonotasikan sesuatu yang positif, sejauh mampu menggapai tujuan partai-golongan mereka sendiri, para politisi dan kelompoknya. Itulah kenyataan terjadi bagi seorang Gibran Rakabuming. 

Dua bulan setelah Juli 2019, dirinya kedapatan mendatangi F.X Hadi Rudyatmo. Sosok yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan dan juga walikota aktif kota Solo.

Ucapan yang keluar dari Rudyatmo cukup realistis. Gibran harus memiliki pengalaman dahulu dalam dunia politik, tidak sekedar seorang pebisnis saja. Apalagi usianya terbilang sangatlah muda untuk langsung terjun sebagai kandidat Bakal Calon Wali Kota Solo 2020. 

“Menjadi wali kota itu tidak mudah,” ucap Rudyatmo akhir Juli 2019 seperti dikutip Tempo.

Memang situasi peta perpolitikan internal PDIP dan beberapa koalisi potensial mereka kala itu mengacu kepada seorang Achmad Purnomo yang digadang-gadang sebagai penerus F.X Rudyatmo sebagai Wali Kota Solo. Bersama Teguh Prakosa sang calon wakilnya, nama Achmad Purnomo sudah dikantongi pada tingkat DPC partai pada saat membawa berkas pendaftaran ke tingkat DPP PDIP. Saat itu belum nampak sama sekali sosok anak sulung presiden Jokowi. 

Kadung sudah tercium gerak-gerik Gibran yang berminat maju, Gibran tak kehabisan akal, ia memutar naik ke tingkat Dewan Pengurus Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah. Lewat jalur DPD inilah namanya lolos dan maju sebagai calon wali kota Solo. 

Gibran perlahan mulai berani beralih profesi. Menginjakkan kaki dalam lingkaran zona dunia perpolitikan. Dunia yang tak sama sebagaimana ia berbisnis, dimana tiap ucapan pebisnis haruslah selaras dengan komitmen dan janji. Dunia politik dijejaki Gibran Rakabuming bersama Teguh Prakosa untuk menghadapi pilkada serentak 9 Desember 2020. 

___

Dinasti politik sang presiden?

Apa yang terjadi sebelum nantinya Gibran Rakabuming menjadi calon wali kota resmi dari PDIP beserta partai koalisi lain, perjalanan mudah Gibran menuai polemik publik bahwa dinasti politik jelas memuluskan langkah sang anak sulung Jokowi dan Iriana tentunya. Setelah kehadiran sang anak, terdapat pula di seberang pulau sana nama sang mantu presiden, Bobby Nasution. Suami dari Kahiyang ini menyalonkan diri sama seperti Gibran, pada level tingkat Wali Kota.

Kemunculan nama Gibran Rakabuming yang tentu mengagetkan berbagai pihak, mencuat pertama kali justru lewat survei yang diadakan Laboratorium Kebijakan Publik dari Universitas Slamet Riyadi Solo, Jawa Tengah. Sosoknya dikabarkan mengungguli kepopuleran dari Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa bagi kalangan masyarakat Solo. Bahkan nama Gibran berada di posisi kedua perihal elektabilitas.

 — Reportase ekslusif tim VOI.ID terkait Dinasti Politik dalam Kanal Bernas: Jokowi dan Dinasti Politik Lewat Anak-Mantunya.danPrivilege Politik di Lingkaran Sang Presiden” — 

"Munculnya Gibran ke panggung politik dalam memperebutkan kursi Wali Kota Solo merupakan bagian dari kemunculan dinasti politik keluarga Jokowi. Ditambah lagi dengan majunya Bobby Nasution, besannya di kontestasi Pilwakot Medan,” komentar Ujang Komaruddin, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar saat dihubungi VOI, di Jakarta, 13 Desember 2019 lalu. 

Tak pelak bantahan pun langsung mencuat dari pernyataan presiden Jokowi terkait keterlibatan sang anak dan mantu dan lekatnya isu dinasti politik. “Siapa pun punya hak pilih dan dipilih. Ya kalau rakyat enggak memilih gimana. Ini kompetisi, bukan penunjukan. Beda. Tolong dibedakan,” ujar Jokowi, seperti dikutip dari detik.com

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) harusnya bisa menjadi teladan bagi masyarakat untuk tidak melanggengkan politik dinasti dengan melarang anak tertuanya maju kontestasi pilkada 2020 nanti.

“Presiden Jokowi seharusnya menjadi teladan bagi yang lain, bukan malah justru menjadi bagian dari dinasti politik,” kata Dedi via tim VOI, Senin, 19 Juli 2020.

Ramainya praktik dinasti politik bermunculan stelah Majelis Konstitusi (MK) pada 8 Juli 2015 secara tak langsung melegalkan kultur dinasti politik. MK sepakat membatalkan Pasal 7 huruf (r) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada, yang menerangkan, syarat calon Kepala Daerah (Gubernur, Bupati atau Walikota) tak mempunyai konflik kepentingan dengan petahana.

Sebelum akhirnya F.X Rudyatmo mengamini keputusan partai lewat penunjukkan Gibran, Rudyatmo yang telah ‘menaklukkan’ Solo selama 15 tahun jelas menjatuhkan dukungannya lebih dulu kepada Achmad Purnomo. Figur yang menemaninya selama tiga tahun ketika kepergian Jokowi ke ibukota. Kursi pimpinan yang otomatis beralih ke Rudyatmo.

Bukti kemenangan sebesar 60,39 persen pada pilkada 2015 ketika F.X Rudyatmo dipasangkan bersama Achmad Purnomo, menjadi alasan mendasar DPC PDIP kenapa nama Achmad Purnomo adalah orang yang tepat menggantikan Rudyatmo kelak nanti menghadapi pilkada 2020. 

Entah merasa tak elok, atau memang adanya faktor ‘teknis’ yang tak terekspos media, pada akhir bulan Mei 2020 Achmad Purnomo mengagetkan internal DPC partainya sendiri dengan pengunduran dirinya sepihak. Berdalih pandemi Covid-19, ia merasa tak nyaman ketika memilih sibuk kampanye daerah. Keputusan yang memuluskan langkah Gibran perlahan merambat naik ke hadapan publik kota Solo. 

Keputusan Achmad sangat meruntuhkan perasaan Rudyatmo. Walaupun sempat ditolak oleh tingkat DPC, namun mereka tak bisa berbuat apapun. Tergambar lewat pernyataan Rudyatmo yang merasa aturan main dalam partainya seakan tak ada bernilai.

"Pencalonan dari DPC sudah sesuai dengan PP Nomor 24 Tahun 2017 seolah-olah nggak ada harga dirinya. Artinya apa yang telah dirumuskan ini nggak ada nilainya di sana, karena yang diberi rekomendasi Mas Gibran dan Pak Teguh, bukan yang diusulkan DPC Pak Pur dan Pak Teguh,” ungkap Rudyatmo seperti dilansir Liputan6.

Namun, apa bisanya seorang Rudyatmo? ketika restu langsung Megawati lebih memilih seorang Gibran Rakabuming. Mau tak mau angin kontestasi yang sebelumnya berpotensi terciptanya pertarungan sengit dua kubu pihak petahana lewat sokongan PDIP versus partai lainnya, menjadi sedikit berat sebelah ketika nama Gibran Rakabuming hadir. 

Keyakinan Rudyatmo masih serupa optimisnya, ketika pupusnya harapan terhadap Achmad Purnomo, Rudyatmo juga percaya diri bahwa sosok Gibran Rakabuming akan menyapu bersih lawannya nanti pada tanggal 9 Desember 2020 saat perhelatan pilkada serentak berjalan.

“PDIP 62 persen, ditambah PAN, Golkar, Gerindra, tinggal total. Ya wis 90 persen gitu aja,” ujar Rudy, saat ditemui di gedung DPRD Solo, Jumat (14/8/2020).

Bantahan bahwa memang adanya jalan mulus atau kemudahan — hak khusus (priviledge) dalam dinasti politik, ikut pula dibantah Ketua DPP PDIP. Ia bilang bahwa anak presiden hanya merupakan keuntungan yang tetap harus dibuktikan. Begitu pula dengan Bobby. 

Politik dinasti di wilayah dunia timur yang kayak gini biasa. Bahwa dinasti atau tidak dinasti kita ini di timur ada jarak dengan kekuasaan, itu biasa,” ujar Bambang di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Rabu, 11 Desember. 

Memang, sejak tahun 2000, kepemimpinan kota Solo tak pernah lepas dari dominasi para kader PDIP. Sejak kemunculan perdana sosok seorang Joko Widodo dalam dunia perpolitikan hingga tongkat estafet beralih kepada wakilnya saat itu, yang kini menjabat sebagai wali kota Solo, F.X Rudyatmo. 

Provinsi Jawa Tengah selalu menjadi andalan terpenting bagi PDIP untuk meraup suara di parlemen, beberapa pencapaiannya antara lain: 

  • Sejumlah 18 kepala daerah berkuasa dengan sokongan penuh partai Moncong Sapi tersebut.
  • Sebanyak 26 anggotanya duduk di parlemen lewat Jawa Tengah. 
  • Selain nama Puan Maharani, terdapat 3 politikus PDIP yang juga berhasil melenggang ke DPR lewat daerah pemilihan (dapil) yang sama. Dapil Jateng V yakni: Klaten, Sukoharjo, Boyolali, dan Kota Solo. 
  • Pencapaian Puan dan ketiga kader lainnya tersebut menjadikan PDIP berhasil meraup 4 kursi dari 8 kursi yang tersedia. 
  • Pada tingkat DPRD kota Solo, dominasi PDIP tak terbantahkan lewat eksistensi kehadiran 30 caleg yang merupakan kader partai Megawati tersebut. Setara dengan 67 persen kursi DPRD Kota Solo.

Ibarat mengikuti jejak sang atasan, K.H Ma'ruf Amin juga merestui langkah putrinya yang berprofesi mantan Aparatur Sipil Negara (ASN), Siti Nur Azizah untuk maju dalam pemilihan wali kota Tangerang Selatan bersama Ruhama Ben dari kalangan pengusaha. Dengan bersafari politik Nur Azizah sudah lebih dulu mengundurkan diri sebagai ASN per Desember 2019 demi bangku wali kota Tangsel periode 2020-2025.

Siapa Gibran Rakabuming sebenarnya

Gibran Rakabuming Raka merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Joko Widodo dan Iriana. Gibran dilahirkan pada tanggal 1 Oktober 1987. Seorang anak yang berhasil mengubah keputusan sang ayah kelak untuk kembali ke kampung halamannya di Solo ketimbang meneruskan karirnya kala itu di perusahaan BUMN, P.T Kraft Aceh di daerah Gayo, Aceh Barat. Kerinduan Jokowi begitu mendalam kepada Iriana, sang istri yang mengandung seorang bayi, kelak diberi nama Gibran Rakabuming. 

Demi memompa semangat daya juang Jokowi, ia mengabadikan nama sang anak pertamanya sebagai nama perusahaan pertama rintisannya dalam bidang industri kayu, P.T Rakabu. 

Sejak kecil hingga lulus Sekolah Menengah Pertama dihabiskan Gibran di kota kelahirannya Solo, Jawa Tengah. Ia kemudian melanjutkan SMA di Singapura lewat Orchid Park Secondary School. Selepas SMA ia berkuliah di Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan University of Technology Insearch, Sydney, Australia. Gibran menamatkan kuliahnya di Australia pada tahun 2010. 

Selama 8 tahun Gibran menjalani kehidupan mandiri di luar negeri, sebelum nantinya kembali ke tanah air. Gibran belajar tumbuh menjadi anak yang mandiri. Saat itu sang ayah mulai mengalami kenaikan jabatan, mulai dari Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga nantinya menuju tampuk kursi RI-1 pada tahun 2014–2019. 

Pada tahun 2010 di bulan Desember Gibran merintis usaha jasa boga lewat bisnis catering Chilli Pari. Sehingga ia ditunjuk sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo. Demi memperluas kualitas bahasa Inggris para karyawan lepas catering Chili Pari, ia mendirikan House of Knowledge. Sebuah rumah pendidikan yang melatih kualitas bahasa Inggris. 

Pada 11 Juni 2015 Gibran menikahi Selvi Ananda, seorang mantan putri Solo. Kemudian pada tanggal 10 Maret 2016 mereka berdua dikaruniai anak laki-laki berwajah lucu dinamai Jan Ethes Srinarendra. Empat tahun kemudian di tahun 2019, anak kedua Gibran perempuan lahir dan diberi nama La Lembah Manah. 

Pada tahun 2015 Gibran bersama Kaesang Pangarep sang adik, berkolaborasi membuka usaha bersama lewat "Markobar" akronim dari Martabak Kota Baru. Sebuah usaha kuliner yang fokus berjualan martabak khas mereka berdua, delapan rasa andalannya. Berawal di kota Solo, kini Markobar diklaim telah memiliki 29 cabang di kota-kota besar Indonesia.

Ia turut pula mendirikan sebuah aplikasi pencari pekerja lepas dan paruh waktu yang bernama Kerjaholic bersama Leonard Hidayat, Josh Ching, Michael, Daniel Hidayat. Kerjaholic adalah sebuah aplikasi yang bisa menghubungkan para pencari kerja dengan pihak-pihak yang sedang mencari pekerja lepas dan paruh waktu.

Bersama Kevin Susanto, Gibran lagi-lagi membuka rintisan startup bernama Goola. Sebuah versi modern dari minuman tradisional dengan 22 menu minuman dalam empat seri: Signature (produk unggulan), Tea (teh), Coffee (kopi), dan Refreshing (minuman segar). Usaha startup besutan Gibran bersama sang rekannya pun diberikan pendanaan senilai 5 juta dollar, atau setara Rp 70 miliar dari modal ventura Alpha JWC Features.

 — Menelisik bagaimana gambaran sejarah di masa lalu melacurkan dinasti politik penelitian, lewat Tulisan Seri VOI: Privilege di Selangkangan Penguasa dan Sejarah yang Menggambarkannya.” — 

___

Fakta menarik Gibran Rakabuming

“Tugas Negara Bos!”. Ide yang datang dari seorang Gibran, ketika berduet dengan Kaesang merilis jas hujan bertuliskan slogan Tugas Negara Bos. Produk yang dibandrol seharga 150 ribuan itu lagi-lagi menjadi viral di kalangan netizen. 

Gibran ditiru sang anak Wakil Presiden. Entah kebetulan atau merasa yakin bahwa kapabilitas anaknya sendiri, Siti Nur Azizah, untuk maju dalam pemilihan wali kota Tangerang Selatan 2020–2025. Sosok ASN yang bertugas sebagai kasubdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Konflik Ditjen Bimas Islam ini resmi mengundurkan diri pada 1 November 2019 untuk mengikuti pilkada Kota Tangerang Selatan 2020.

Memulai usaha lewat pinjaman Bank. Gibran menuturkan bagaimana modal usaha pertamanya bersama Chili Pari didapatkan lewat pinjaman sebuah Bank. Sekalipun sang ayah sudah menjabat sebagai wali kota Solo, namun ia tak mau merecoki usahanya sendiri lewat bantuan sang ayah. 

Nama Gibran dalam Sexy Killers. Beberapa hari menjelang hari H pemilihan presiden, nama Gibran Rakabuming Raka tetiba disebutkan dalam Sexy Killers. Film dokumentasi yang menggambarkan situasi oligarki dan kepentingan bisnis bercampur politik dalam industri kelapa sawit dan PLTU, teradapat  Nama Gibran disandingkan dengan Luhut Binsar Panjaitan dan Sandiaga Uno sebagai nama-nama yang dituding Dandhy Laksono bermain dalam industri kelapa sawit dan PLTU, Dandhy Laksono adalah aktivis dari Watchdog yang berperan sebagai pencetus film dokumenter tersebut.

___

Profil Gibran Rakabuming

Nama lengkap

Gibran Rakabuming Raka

Tempat dan tanggal lahir

Solo, Jawa Tengah, 1 Oktober 1987

Profesi

Pengusaha

Gelar

-

Agama

Islam

Orangtua

Joko Widodo, Iriana 

Saudara

Kahiyang Ayu (Adik), Kaesang Pangarep (Adik)

Pasangan

Selvi Ananda Putri

Anak

Jan Ethes Srinarendra, La Lembah Manah

___

Pendidikan

University of Technology Insearch, Sydney, Australia (2010)

Management Development Institute of Singapore (MDIS), Singapura (2007)

Orchid Park Secondary School, Singapura (2002)

___

Karir

Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo

Pemilik Katering Chilli Pari

Pemilik Kafe Markobar

Pemilik Pastel (Pasta Buntel)

Pemilik Icolor