Bakteri Pemakan Plastik Ditemukan: Bisa Jadi Solusi Masalah Sampah, tapi Bukan Tanpa Risiko Jika Diterapkan Sembarangan
Sampah plastik semakin menjadi ancaman bagi ekosistem di lautan karena jumlahnya yang terus bertambah. (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Sejak plastik di gunakan pada abad ke-20, isu global tentang material ini terus bergulir. Setiap tahunnya sekitar lima juta ton sampah plastik dibuang ke laut. Karena proses kimia dalam produksinya tidak memiliki zat organik atau enzim bawaan, membuatnya sulit terurai di alam bebas.

Pencemaran sampah plastik menurut Union for Conversation of Nature (UCN), menyebabkan efek berbahaya pada ekosistem laut dan juga kesehatan manusia. Studi ini menyebut sampah plastik bertanggung jawab atas kematian sekitar 10 ribu hewan laut dan sekitar satu juta burung. Sampah plastik dapat mencekik dan menjerat mereka.

Rantai makanan itu berlanjut ke manusia. Jika mengonsumsi sesuatu yang berasal dari laut, maka mikroplastik yang dicerna spesies laut akan berpindah ke tubuh manusia.

Namun para ilmuwan Jepang berhasil menemukan solusi masalah sulit ini. Dilansir dari Live Science pada 23 Maret, penelitian tim riset Kyoto of Technology yang diketuai oleh Profesor Shosuke Yoshida, ditemukannya bakteri Ideonella sakaiensis yang memiliki kemampuan memakan plastik sebagai sumber energi mereka.

Ilustrasi penelitian bakteri pemakan plastik, yang di masa depan bakal menjadi salah satu solusi mengatasi sampah plastik. (Pixabay)

Bakteri ini dapat menghancurkan lapisan tipis plastik polyethylene terephthalate (bahan utama plastik) dalam 6 minggu dalam suhu 30 derajat. Bakteri ini juga mampu menghasilkan enzim yang terbukti dapat menguraikan limbah plastik.

Tim peneliti mengungkapkan bahwa bakteri pemakan plastik ini ditemukan ketika mengumpulkan botol plastik di luar fasilitas daur ulang. Pada dasarnya bakteri menghabiskan waktu mereka menyerap bahan organik mati, tetapi bakteri ini malah memakan jenis plastik tertentu yaitu PET.

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut para ilmuwan menemukan bahwa bakteri ini menghasilkan dua enzim pencernaan yaitu hidrolisis PET atau PETase. Mereka juga menemukan bahwa kombinasi bakteri yang mampu mengurai tidak hanya polietilen tereftalat (PET), tapi juga plastik yang digunakan untuk membuat tas.

Plastik yang Dapat Dikonsumsi

Setelah penemuan luar biasa bakteri pemakan plastik ini, para ilmuwan melakukan uji coba lagi menggunakan bakteri Ideonella sakaiensis untuk meningkatkan efisiensinya. Salah satu uji coba yaitu dengan melakukan rekayasa genetika bakteri dalam memproduksi enzim seperti E.coli.

Enzim tersebut lalu dijadikan pabrik PETase dan selanjutnya mengubah plastik menjadi Vanilin, komponen utama ekstrak biji vanili. Vanilin yang dihasilkan dinilai layak untuk dikonsumsi manusia walau masih diperlukan penelitian lanjutan.

Para peneliti dari University of Postmouth juga melakukan eksperimen terhadap bakteri pemakan plastik dengan merekayasa ulang enzim PETase untuk menghasilkan enzim “koktail” yang diklaim dapat mencerna hingga enam kali lebih cepat.

Kendati penemuan ini menawarkan harapan untuk mengatasi sampah plastik di dunia yang sudah melebihi kapasitas, para ilmuwan mengingatkan bahwa masih butuh banyak waktu untuk pemanfaatan bakteri secara luas. Selain itu, mereka menggarisbawahi enzim PETase sejauh ini hanya mampu menguraikan plastik PET. Sementara, ada enam jenis plastik lainnya yang masih belum bisa diuraikan dengan menggunakan enzim tersebut.

Risiko Perubahan Alam

Pendiri Ocean Recovery Alliance sebuah organisasi lingkungan berbasis di Hong Kong dan Amerika Serikat, Douglas Woodring, setuju dengan usulan untuk lebih banyak penelitian. Juga diperlukan regulasi dan tanggung jawab perusahaan secara lebih baik.

“Saya tidak mengabaikan penemuan baru ini, namun kita tidak boleh terlalu bersemangat dan menaruh semua harapan pada satu solusi. Kami memiliki semua teknologi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan krisis polusi plastik saat ini, tapi jangan digunakan secara gegabah,” kata Woodring dalam Journal of Hazardous Materials.

"Mengumpulkan plastik dari laut itu mahal, kecuali jika anda menyarankan bahwa bakteri dilepaskan di laut untuk memakan plastik. Tapi, itu menciptakan risiko tinggi perubahan alam dan konsekuensi yang tidak diinginkan,” tambah Woodring.

Douglas Woodring, pendiri LSM Ocean Recovery Alliance yang sangat peduli pada masalah sampah plastik di lautan. (Ocean Recovery Alliance/CNN)

Penemuan ini dianggap menjadi hal yang luar biasa, karena dapat menjadi solusi mengatasi polusi sampah plastik global. Para ahli percaya bahwa bakteri pemakan plastik dapat membantu mengatasi plastic yang dibuang ke lautan setiap hari.

Kendati penemuan ini menawarkan harapan untuk mengatasi sampah plastik di dunia yang sudah melebihi kapasitas, para ilmuwan mengingatkan bahwa masih butuh banyak waktu untuk pemanfaatan bakteri secara luas.