Jika Pencitraan Risma adalah Strategi Pemasaran, Maka Sang Mensos Berhasil
Mensos Tri Rismaharini dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional (Sumber: Dokumentasi Kemensos)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Sosial Tri Rismaharani nampaknya tak akan berhenti jadi topik obrolan publik. Kali ini, sebuah video viral memperlihatkan aksinya mengais batu untuk menutup lubang dengan menggunakan tangannya. Sementara pria di sekitarnya mengambil batu tersebut menggunakan alat bantu yaitu sekop atau cangkul.

Menurut laporan pers dari situs web Kementerian Sosial, Risma tengah berada di area bencana erupsi Gunung Semeru di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Risma melakukan sejumlah hal, termasuk turun dari mobil mengais batu untuk menutup lubang di jalan.

Sebelumnya Risma mengecek dapur umum yang didirikan Taruna Siaga Bencana (Tagana) di kantor Desa Sumber Urip, Kecamatan Pronojiwo. Risma lalu tampak berhenti di beberapa ruas jalan dan membagikan bantuan makanan.

Iring-iringan kendaraan dinas Mensos juga sempat berhenti beberapa kali. Di tengah hujan deras, Mensos turun dari mobil mengais batu dan pasir untuk menutupi lobang di jalan.

Mensos Risma juga dilaporkan meninjau dapur umum di Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Mantan Wali Kota Surabaya itu juga mengecek daftar pengungsi untuk memastikan kemampuan dapur umum memenuhi kebutuhan pengungsi.

Kehadiran Mensos juga untuk memastikan bantuan logistik terkirim ke lokasi bencana. Hal lainnya yang kembali menjadi perbincangan adalah Mensos Risma mencecar Kepala Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto, terkait lokasi evakuasi warga.

Risma juga menanyakan masalah evakuasi warga ke tempat yang lebih aman. Risma juga menanyakan rekomendasi apa yang dikeluarkan oleh pos pengamatan. Ia meminta Liswanto mengirimkan daftar rekomedasi wilayah aman bagi pengungsi.

Bukan hal baru buat Risma

Masih jelas dalam ingatan kita, Risma juga menuai kontroversi setelah memaksa tunarungu untuk bicara. Saat itu Risma bilang Tuhan memberikan mata, telinga, dan mulut untuk dimaksimalkan penggunaannya.

Saat itu Risma tengah menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional, tepat pada 1 Desember 2021. Risma melihat pameran yang memajang karya anak-anak difabel. Kemudian di berhenti di depan lukisan yang dibuat oleh tunarungu.

Setelah penyandang tunarungu itu menyelesaikan lukisannya, Risma memintanya untuk naik ke panggung. Terdapat dua anak yang menaiki panggung, Anfiln dan Aldi.

Mengutip artikel VOI berjudul Bu Risma, Tuhan Juga Memberi Otak dan Nurani untuk Saling Memahami Tidak Semua dari Kita Sama Meski Harusnya Setara, Anfil adalah penyandang disabilitas mental dan rungu.

Ia diminta menyampaikan kata-kata untuk Risma secara langsung. Anfil pun berbicara. Sementara, Aldi yang merupakan penyandang disabilitas autisme dan gangguan komunikasi turut diminta berbicara. Tapi Aldi geming. Permintaannya tak terjawab, Risma kemudian mengatakan:

"Kamu sekarang Ibu minta bicara enggak pakai alat. Kamu bicara Aldi ... Bisa kamu bicara."

Mensos Risma dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional (Sumber: Dokumentasi Kemensos)

Sikap Risma kemudian direspons oleh penyandang disabilitas rungu bernama Stefan. Stefan adalah pria yang muncul dalam banyak potongan video beredar. Stefan berupaya menjelaskan pada Risma soal pentingnya alat bantu dengar bagi penyandang disabilitas rungu.

Stefan bahkan menyebut pentingnya alat bantu dengar seperti harta. Bukannya berusaha memahami, Risma justru menasihati balik Stefan.

"Tuhan itu memberikan mulut, memberikan telinga, memberikan mata kepada kita. Yang ingin Ibu ajarkan kepada kalian, terutama anak-anak, yang dia menggunakan alat bantu dengar, sebetulnya tidak mesti dia bisu. Sebetulnya tidak mesti bisu. Jadi karena itu kenapa Ibu paksa kalian untuk bicara. Ibu paksa memang, supaya kita bisa maksimal, memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita," ujar Risma dalam video yang diunggah akun YouTube Kemensos.

Citra yang Dibangun Risma di depan kamera

Mensos Tri Rismaharini (Sumber: Antara)

Sebenarnya masih banyak lagi sikap atau kata-kata Mensos Risma yang membuat banyak masyarakat mengernyitkan dahinya. Sejak ia masih menjadi Wali Kota Surabaya, Risma sudah terkenal dengan gaya marah-marahnya atau turun ke jalan melakukan sesuatu yang terlihat membantu masyarakat.

Citra yang dibangun Risma di depan kamera kadang terlihat menyebalkan. Tapi dari kacamata pemasaran, imej Risma, termasuk yang kerap marah-marah atau malah mengundang amarah justru adalah keunggulannya. Risma memancing ikatan emosi audiens: emotional connection.

Sebagaimana dibahas dalam artikel VOI berjudul Beda-Beda tapi Satu Tujuan: Personal Branding Erick, Sandi, Risma yang Gagal Lampaui Jokowi, menarik ikatan emosi sangat penting karena tidak banyak figur publik yang bisa memancing ikatan emosi. Risma memiliki hal yang autentik. Meskipun memang ada hal yang menimbulkan citra negatif, namun dalam hal publisitas, Risma berhasil.

"Dia (Risma) dari Surabaya sampai jadi menteri, marah ya marah saja. Itu autentik. Walaupun marahnya itu bisa jadi jelek. Itu kan viral ya," kata analis bisnis dan pemasaran, Yuswohady, saat dihubungi VOI pada 7 Oktober 2021.

"... Komunikasi politik paling bagus kan bukan pasang baliho kayak Puan tapi ketika viral. Itu langsung nancep di benaknya audiens," tambah Yuswohady.

Jadi, bisa dibilang marah-marah atau turun ke jalan ala Bu Risma adalah personal branding-nya saat ini. Hal tersebut juga meningkatkan awareness.

Yuswohady menjelaskan, awareness adalah tahap paling awal dalam strategi dasar personal branding. Kita lihat keadaan saat ini, tidak ada yang tidak tahu Risma. Terlepas bagaimana menyebalkannya Risma, kita semua sadar akan keberadaan Risma.

*Baca Informasi lain soal POLITIK atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

BERNAS Lainnya