Pertama Kali Akui Uji Senjata Hipersonik oleh China, Jenderal Amerika Serikat: Itu Sangat Memprihatinkan
Chairman of the Joint Chiefs of Staff Jenderal Mark A Milley. (Wikimedia Commons/Chairman of the Joint Chiefs of Staff)

Bagikan:

JAKARTA - Perwira tinggi militer Amerika Serikat Jenderal Mark Milley, memberi konfirmasi resmi pertama tentang uji coba senjata hipersonik oleh China, yang diyakini pakar militer sebagai ambisi memiliki sistem yang mampu menghindari pertahanan rudal Amerika Serikat.

Sebelumnya, Departemen Pertahanan atau Pentagon telah berusaha keras untuk menghindari konfirmasi langsung dari uji coba China musim panas ini, pertama kali dilaporkan oleh Financial Times, kendati Presiden Joe Biden dan pejabat lainnya telah menyatakan keprihatinan umum tentang pengembangan senjata hipersonik China.

Jenderal Milley secara eksplisit mengkonfirmasi sebuah tes dan mengatakan, itu "sangat dekat" dengan momen Sputnik, merujuk pada peluncuran satelit buatan manusia pertama Rusia pada 1957, yang menempatkan Moskow di depan dalam perlombaan antariksa era Perang Dingin.

"Apa yang kami lihat adalah peristiwa yang sangat signifikan dari uji coba sistem senjata hipersonik. Dan itu sangat memprihatinkan," ujar Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan, kepada televisi Bloomberg, dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Hari Rabu, mengutip Reuters 28 Oktober.

Pakar senjata nuklir mengatakan, uji senjata China tampaknya dirancang untuk menghindari pertahanan AS dalam dua cara. Pertama, hipersonik bergerak dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kph (3.853 mph), membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dan dicegat.

Kedua, sumber mengatakan kepada Reuters, Amerika Serikat yakin uji coba China melibatkan senjata yang pertama kali mengorbit Bumi. Itu adalah sesuatu yang dikatakan para ahli militer sebagai konsep Perang Dingin yang dikenal sebagai "pengeboman orbit fraksional."

Bulan lalu, Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall menyinggung kekhawatirannya tentang sistem semacam itu, mengatakan kepada wartawan tentang senjata yang akan masuk ke orbit dan kemudian turun ke sasaran.

"Jika Anda menggunakan pendekatan semacam itu, Anda tidak harus menggunakan lintasan ICBM tradisional, yang langsung dari titik peluncuran ke titik tumbukan," jelasnya.

"Ini adalah cara untuk menghindari pertahanan dan sistem peringatan rudal," sambung Kendall.

Pemboman Orbital Fraksional juga akan menjadi cara bagi China untuk menghindari pertahanan rudal Amerika Serikat di Alaska, yang dirancang untuk memerangi sejumlah senjata dari negara seperti Korea Utara.

Terpisah, Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute of International Studies menyimpulkan pemboman orbital pecahan dengan cara ini, "Cara paling sederhana untuk memikirkan sistem pemboman orbital China adalah dengan membayangkan pesawat ulang-alik, memasukkan senjata nuklir ke ruang kargo, dan melupakan roda pendarat." Lewis mengatakan, perbedaannya terletak sistem re-entry China adalah glider.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri China membantah uji senjata. Dikatakan telah melakukan tes rutin pada bulan Juli, tetapi menambahkan, "Itu bukan rudal, itu adalah kendaraan luar angkasa."

Sistem pertahanan Amerika Serikat tidak mampu memerangi serangan skala besar dari China atau Rusia, yang dapat membanjiri sistem. Tetapi, pengejaran terbuka terhadap pertahanan rudal yang semakin maju, membuat Moskow dan Beijing mencari cara untuk mengalahkan Washington, kata para ahli, termasuk hipersonik dan, tampaknya, pemboman orbital pecahan. Diketahui, Amerika Serikat dan Rusia sama-sama menguji senjata hipersonik.