Sempat Gagal Tiga Kali, Angkatan Udara AS Sukses Uji Coba Senjata Hipersonik Menggunakan Pesawat Pembom B-52
Ilustrasi pesawat pembom B-52 H Stratofortress. (Wikimedia Commons/Steve Lynes)

Bagikan:

JAKARTA - Angkatan Udara Amerika Serikat mengumumkan berhasil melakukan uji coba peluncuran senjata hipersonik, diklaim mampu terbang hingga lima kali kecepatan suara pada Hari Senin.

Dilakukan di lepas pantai California Selatan pada Sabtu lalu, uji coba tersebut melibatkan pesawat pembom B-52 yang melepaskan Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW), menurut angkatan udara.

"Setelah pemisahan dari pesawat, booster ARRW menyala dan terbakar selama durasi yang diharapkan, mencapai kecepatan hipersonik lima kali lebih besar dari kecepatan suara," sebut angkatan udara seperti melansir Reuters 17 Mei.

"Ini adalah pencapaian besar oleh tim ARRW, untuk perusahaan senjata, dan Angkatan Udara kami," kata Brigjen. Jenderal Heath Collins, pejabat eksekutif program Angkatan Udara untuk senjata seperti mengutip CNN.

ARRW adalah senjata hipersonik yang menggunakan roket pendorong untuk mempercepat rudal hingga kecepatan lebih dari Mach 5, atau lima kali kecepatan suara. Sebuah kendaraan meluncur hipersonik kemudian memisahkan diri dari booster dan meluncur dengan kecepatan tinggi menuju sasarannya.

Sebelumnya, Angkatan Udara AS telah berjuang untuk melakukan pengujian AGM-183A ARRW, di mana tim sempat mengalami tiga kali kegagalan uji terbang, sebelum akhirnya berhasil.

Bulan lalu, Angkatan Udara mengatakan anomali uji terbang telah mendorong mundur jadwal penyelesaian senjata. Tes lengkap pertama rudal dan roket pendorong ditunda hingga sekitar tahun fiskal berikutnya, yang dimulai pada Bulan Oktober.

Sehari sebelum tes tersebut, Menteri Angkatan Udara Frank Kendall mengakui masalah yang dihadapi program ARRW.

"Program ini belum berhasil dalam penelitian dan pengembangan sejauh ini,” kata Kendall kepada Subkomite Alokasi DPR untuk Pertahanan.

"Kami ingin melihat bukti keberhasilan sebelum kami membuat keputusan tentang komitmen produksi, jadi kami akan menunggu dan melihat," tandasnya.

Diketahui, Pentagon telah meningkatkan penekanan pada pengembangan senjata hipersonik, setelah anggota parlemen khawatir Negeri Paman Sam tertinggal di belakang program China dan Rusia.

Tahun lalu, China berhasil menguji senjata hipersonik yang mengorbit dunia sebelum mencapai targetnya. Sementara, Rusia menjadi negara pertama yang menggunakan senjata hipersonik dalam perang, ketika meluncurkan rudal Iskander dan Kinzhal di Ukraina.

Pentagon sendiri mengatakan Rusia telah menggunakan antara 10-12 senjata hipersonik sejak awal invasinya ke Ukraina.