Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat menyetujui penempatan kembali militer mereka di Somalia, menjadi dukungan penting bagi pemimpin negara itu yang baru dipilih parlemen, untuk menghadapi kelompok pemberontak.

Presiden telah mengizinkan pengerahan kembali kurang dari 500 tentara Amerika ke Somalia, kata para pejabat AS pada Hari Senin, setelah Donald Trump memerintahkan penarikan mereka selama masa kepresidenannya.

Sebelumnya, Amerika Serikat memiliki sekitar 700 tentara di Somalia yang fokus membantu pasukan lokal mengalahkan pemberontakan al Shabaab yang terkait dengan Al Qaeda.

"Ini adalah reposisi pasukan yang sudah ada di teater yang telah melakukan perjalanan masuk dan keluar Somalia secara episodik," kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan, melansir Reuters 17 Mei.

Jumlah pasti pasukan tidak disebutkan pada briefing. Sementara, seorang pejabat senior pemerintah yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, Presiden Biden telah menyetujui permintaan dari Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin untuk "memungkinkan pertarungan yang lebih efektif melawan al Shabaab."

Pentagon mengatakan, pasukan tidak akan secara langsung bertempur dalam operasi tempur, tetapi bekerja untuk melatih, memberi nasihat dan memperlengkapi pasukan Somalia.

"Pandangan Menteri (Austin) adalah, bahwa model keterlibatan episodik tidak efisien dan semakin tidak berkelanjutan," terang juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan.

Kehadiran pasukan yang diubah akan mencakup kurang dari 500 tentara AS, ujar pejabat AS lainnya.

Kelompok Al Shabaab sedang berusaha untuk menggulingkan pemerintah dan mendirikan pemerintahannya sendiri di Somalia, berdasarkan interpretasi yang ketat dari hukum agama.

Kelompok pemberontak tersebut sering melakukan pemboman di Mogadishu dan di tempat lain, sebagai bagian dari perang melawan pemerintah pusat negara Tanduk Afrika itu.

"Adalah kabar baik untuk menempatkan pasukan AS di lapangan dan upaya kontraterorisme dapat dimulai kembali," ujar Kolonel Ahmed Sheikh, mantan komandan unit elit Danab Pasukan Khusus Somalia, yang dilatih oleh pasukan AS.

"Ini akan menjadi dorongan besar bagi presiden baru, dia memiliki tugas besar di depan," tambahnya.

Diketahui, mantan pemimpin Somalia Hassan Sheikh Mohamud memenangkan kursi kepresidenan lagi dalam pemungutan suara oleh anggota parlemen pada Hari Minggu.

Somalia telah mengalami konflik dan pertempuran klan tanpa pemerintah pusat yang kuat sejak jatuhnya diktator Mohamed Siad Barre pada tahun 1991. Pemerintah memiliki sedikit kendali di luar ibu kota dan kontingen Uni Afrika menjaga "Zona Hijau" bergaya Irak.

Sementara Amerika Serikat tidak memiliki pasukan di Somalia sejak Trump memerintahkan penarikan mereka pada Desember 2020, militer kadang-kadang melakukan serangan di negara itu dan memiliki pasukan di negara-negara terdekat.