JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe Biden akan mencabut larangan masuk pelancong dari 13 negara yang mayoritas warganya Muslim dan keturunan Afrika. Peraturan yang sering disebut "Moeslim Ban" ini dibuat Trump tiga tahun lalu.
Peraturan tersebut berubah-ubah hampir tiap tahun. Negara-negara yang dikenakan pembatasan pun jumlahnya tak tetap, lantaran Pemerintah Trump menurut pemberitaan Al Jazeera Senin 9 November beberapa kali menerima gugatan hukum di Mahkamah Agung.
Mulanya Trump memberlakukan pembatasan perjalanan yang disebut kritikus sebagai "Muslim Ban," kepada tujuh negara yakni, Suriah, Iran, Irak, Sudan, Libya, Somalia, dan Yaman. Trump kemudian memperluas larangannnya dengan memasukkan Venezuela, Korea Utara, Nigeria, Sudan, Myanmar, dan dua negara lainnya.
Peraturan itu sebetulnya lemah dan mudah dibatalkan. Pasalnya menurut ahli kebijakan, beleid tersebut keluar atas perintah eksekutif dan proklamasi presiden. Namun tuntutan hukum dari kaum konservatif dapat menunda proses pembatalan tersebut.
Untuk itu Biden berjanji mendorong politisi membuat undang-undang untuk memerangi meningkatknya jumlah kejahatan rasial di AS. "Komunitas Muslim adalah yang pertama merasakan serangan Donald Trump terhadap komunitas kulit hitam dan coklat di negara ini dengan aturan Muslim Ban yang keji. Pertarungan itu adalah rentetan pembukaan dalam hampir empat tahun tekanan dan penghinaan terus-menerus,” kata Biden.
Didukung organisasi Muslim
Council on American-Islamic Relations (CAIR), organisasi advokasi dan hak sipil Muslim terbesar di AS, mengucapkan selamat kepada Biden atas kemenangannya. CAIR berharap bahwa Biden akan memenuhi janji kampanyenya yang akan melibatkan masyarakat Muslim dalam berbagai tingkatan.
“Presiden terpilih Biden berjanji untuk mengakhiri larangan terhadap Muslim pada hari pertamanya menjabat, termasuk (melibatkan) Muslim di setiap tingkat pemerintahannya dan mengatasi masalah diskriminasi rasial dan agama,” kata Nihad Awad, direktur eksekutif nasional CAIR.
BACA JUGA:
“Kami berencana untuk bergabung dengan para pemimpin dan organisasi Muslim Amerika lainnya untuk memastikan bahwa pemerintahan Biden memenuhi janji-janji ini. Kami juga berencana untuk terus meminta pertanggungjawaban pemerintah kami jika terjadi kesalahan," tambahnya.
Selama kampanye, Trump menuduh Biden ingin "mengakhiri semua larangan perjalanan, termasuk dari wilayah jihadis." Trump juga menyiratkan bahwa Biden akan mengizinkan "orang yang akan meledakkan negara kita."
Joe Biden berhasil unggul dengan perolehan suara Electoral College 290 banding 214 dalam pemungutan suara negara bagian demi negara bagian. Kemenangan tersebut diraih ketika para pemilih dengan tegas menolak kepemimpinan yang gaduh dari Partai Republik Donald Trump. Para pemilih kini menanti terpenuhinya janji Biden untuk melawan pandemi COVID-19, memperbaiki ekonomi dan menyembuhkan bangsa yang terpecah.