Alami Lonjakan Kasus COVID-19, Jepang Berlakukan Kerja Secara Daring
Ilustrasi covid-19 di Jepang (dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 30.000 orang di Jepang telah terinfeksi COVID-19, 1.000 di antaranya bahkan dikabarkan meninggal. Melonjaknya kasus infeksi corona, membuat pemerintah Jepang mendorong perusahaan-perusahaan di negaranya untuk melaksanakan kebijakan bekerja secara daring.

Langkah-langkah ini dilakukan guna mengurangi kasus penularan COVID-19 di antara pekerja. Di mana beberapa pekerja dinyatakan positif karena tidak menjaga jarak sosial selama bekerja.

Tokyo dan sejumlah wilayah perkotaan besar lainnya mengalami lonjakan kasus COVID-19 dalam seminggu terakhir. Hal ini membuat para ahli khawatir akan gelombang kedua virus corona. 

Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura, mendorong para pelakuk bisnis dan usaha untuk melakukan langkah-langkah pencegahan COVID-19. Salah satunya dengan mendorong kembali bekerja secara daring. 

"Pada satu titik, angka komuter turun 70 hingga 80 persen, tapi sekarang hanya sekitar 30 persen. Kami benar-benar tidak ingin mengulang hal ini, jadi kami harus mencari cara baru untuk bekerja," kata Nishimura, seperti dilansir dari Antara, Senin, 27 Juli.

Berdasarkan catatan harian, sejak pekan lalu tercatat ada 366 kasus baru. Sedangkan, Kota Fukuoka selatan melaporkan penambahan 90 kasus baru pada hari Minggu lau, bersamaan dengan meningkatnya jumlah pasien di Osaka.

Dengan peningkatan kasus harian baru, Nishimura meminta perusahaan-perusahaan untuk menghindari pertemuan besar dan mendesak perubahan agar segera dilakukan. Nishimura mengatakan pekan lalu bahwa kekhawatiran meningkat terkait klaster, khususnya yang melibatkan bar, tempat kerja, dan sosialisasi setelah bekerja.

Meskipun jumlah kasus corona dengan kondisi serius masih relatif kecil, pemerintah juga prihatin dengan peningkatan infeksi di antara masyarakat di usia 40-an dan 50-an. Pemerintah pusat tetap bertekad untuk memulai kembali kegiatan ekonomi dan pekan lalu meluncurkan kampanye perjalanan domestik di tengah kritik yang meluas.

Sementara Gubernur Tokyo, Yuriko Koike telah meminta masyarakatnya untuk tetap tinggal di rumah selama empat hari dalam tiap pekan. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi pontensi penularan COVID-19 dalam perjalanan domestik.