JAKARTA - Partai Golkar bertekad mengembalikan kejayaan Pemilu 2004 pada Pemilu 2024. Untuk meraih kemenangan di 2024 mendatang, Partai Golkar menyatakan akan mengurangi konflik internal.
Pengamat politik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengatakan, partai Golkar adalah partai modern dan demokratis. Tokoh-tokohnya sering saling mengkritik, tapi nuansa bhinneka tunggal ika tetap tinggi.
"Mereka tidak tergantung dengan tokoh tertentu, kemudian dia tidak primordialisme," ujar Trubus, Selasa, 19 Oktober.
Trubus menilai Golkar lebih unggul dibanding partai-partai lain khususnya dalam hal kepemimpinan tersebut. Secara internal, Golkar juga solid meski banyak faksi-faksi tapi mampu berdinamika secara demokratis.
"Golkar ke depan ini bisa leading. Generasi milenial lebih suka jenis partai ini," katanya.
Hal ini kata Trubus tidak terlepas dari peran Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Airlangga, menurutnya, relatif baik dalam memimpin partai.
Pasalnya, saat partai beringin dahulu sempat terbelah Airlangga mampu menyatukannya. Bahkan saat pemilihan ketua umum Golkar baru, Bambang Soesatyo dengan rela mundur sebagai caketum dan mendukung Airlangga.
BACA JUGA:
"Ada kubunya Bamsoet, mampu merangkul semua pihak," ucapnya.
Selain dapat merangkul internal, lanjut Trubus, Airlangga juga bisa menjaga hubungan baik dengan pemerintah. Dampaknya, Golkar mendapat kepercayaan tinggi dari Presiden Joko Widodo dan lingkarannya.
"Di tingkat daerah juga baik, jarang terjadi intrik-intrik yang merugikan partai," katanya.
Trubus juga melihat bahwa Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu turut memajukan Partai Golkar. Sosoknya juga tegas sebagai pimpinan.
"Kalau ada kader yang bermasalah berikan sanksi secara tegas sehingga tidak sampai viral di masyarakat," katanya.
Meskipun demikian, menurutnya, Golkar punya kelemahan yaitu adanya sejumlah kader yang tersangkut kasus korupsi seperti Azis Syamsuddin, dan Setya Novanto.
"Golkar harusnya bersih dari itu. Kalau bersih bisa jadi penguasa," tukasnya.