Bagikan:

JAKARTA - BUMD DKI, Perumda Pembangunan Sarana Jaya akan membangun dua fasiltas pengolahan sampah antara (FPSA) atau intermediate treatment facility (ITF) di wilayah selatan dan timur.

Salah satu FPSA yang akan dibangun berada di Tebet, Jakarta Selatan. Dalam pembangunannya, Sarana Jaya akan menerapkan teknologi thermal hydrodrive yang ramah lingkungan.

Inventor teknologi pengolahan sampah thermal hydrodrive, Djaka Winarso menuturkan, teknologi hydrodrive dipakai dengan cara perubahan karakteristik hingga volume sampah. Mengingat, sampah yang terkumpul di Jakarta sudah tercampur antara organik dan nonorganik.

"Ternyata memang sampah kita itu nyampur dan basah. Beda dengan sampah di negara maju yang masyarakatnya sudah bisa memilah sendiri. Itulah kenapa thermal, karena dia bisa menyelesaikan sampah dengan cepat dan volume yang signifikan dan itu yang kita butuhkan," kata Djaka dalam diskusi virtual, dikutip Sabtu, 16 Oktober.

Djaka menjelaskan, teknologi thermal hydrodrive, memanfaatkan superheated steam (syntetic gas) menjadi katalisator untuk meningkatkan suhu pada furnace boiler (ruang bakar) sekaligus bahan bakar. Ini dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk proses pengeringan sampah agar terjadi pembakaran sempurna.

Untuk menjaga agar aman emisi, suhu dari perangkat tersebut dijaga pada suhu 850 derajat celcius, plus ditambah dengan filter asap menggunakan cyclone wet scrubber yang akan menyaring asap pembakaran dengan cyclone dan semburan air untuk menurunkan emisi pada ambang batas yang diizinkan.

"Ada plasma yang akan kita aplikasikan di Tebet agar smokes agar asap tidak keluar, untuk memproses biar netral kembali. Proses recycle yang orisinil ini menggunakan bahan bakar air," jelas Djaka.

"Namun, fasilitas ini memang hanya sebagai teknologi, karena yang lebih dari itu, yang ideal, adalah adanya pemilahan di hulu atau berkonsep desentralisasi sehingga sampah terolah dan musnah di dekat sumbernya, tidak ke TPA yang luas," lanjut dia.

Sementara, Direktur Keuangan Sarana Jaya Bima Priyo Santosa menuturkan, pengolahan sampah berteknologi ramah lingkungan ini ditargetkan akan memulai konstruksi pada tahun depan.

"Pekerjaan terkait pengelolaan sampah sekarang sedang dalam proses pemilihan mitra. kita berharap untuk nanti ada perkembangan yang signifikan di bulan November, sehingga kita berharap tahun depan ini sudah mulai aktivitas fisik dari proyek itu," ungkap Bima.

Bima memandang, pembangunan dua FPSA ini bisa menuntaskan masalah sampah Jakarta. Sebab, umlah sampah yang dihasilkan DKI Jakarta cukup besar, mencapai 7.800 ton per hari.

Terlebih, kapasitas penampung sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang dikhawatirkan akan penuh dalam empat tahun ke depan.

"Terbayang ya, kalau Bantargebang penuh, itu Jakarta Seperti apa. Dengan skala seperti ini, mau tidak mau, itu lah salah satu solusi yang harus segera kita tuntaskan karen bantar gebang sudah dalam titik kritis," ucapnya.