Bagikan:

JAKARTA - Pegiat media sosial, Denny Siregar membela proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang panen kritikan. Kata Denny, hal paling mahal yang bakal didapat Indonesia adalah transfer ilmu dan teknologi.

Buat Denny, dua komponen itu adalah hal paling berharga yang bisa didapatkan sektor infrastuktur di tanah air. Dan tak ada angka pasti yang bisa menilai keuntungan dari dua komponen itu.

"Masak org lain udah berlomba ke Mars, kita msh sibuk naik kuda sama memanah?" cuit Denny Siregar di akun Twitternya, dilihat Jumat 15 Oktober.

Salah satu orang yang mengkritik proyek kereta api cepat ini adalah ekonom senior Faisal Basri. Namun Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga membalas kritikan Faisal dianggap salah total.

"Ini kita menyayangkan omongan Faisal Basri, Faisal Basri tuh salah total. Yang mengatakan sampai kapanpun pasti rugi, enggak mungkin itu. Ya mana ada investor mau masuk dengan kondisi nanti rugi. Itukan konyol. Faisal Basri konyol betul itu," katanya kepada wartawan, Kamis, 14 Oktober.

Arya juga menyayangkan pernyataan Faisal tidak berbasis data. Menurut Arya, apa yang disampaikan Faisal hanya bersifat subjektif sehingga tidak memiliki angka-angka pasti.

"Dan kelihatan beliau itu tidak pakai angka, tidak pakai analisa hanya subjektifnya aja yang muncul. Jadi itu kesalahan besar. Sayang sekali Faisal Basri itu ngomong seperti itu. Itu enggak benar," tuturnya.

Menurut Arya, belum ada angka pasti perihal pembengkakan biaya atau cost overrun pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Saat ini, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tengah melakukan audit atas perkara cost overrun tersebut.

Padahal, manajemen PT Kereta Api (Persero) sudah membeberkan pembengkakan KCJB mencapai 3,8 miliar hingga 4,9 miliar dolar AS atau setara Rp54 triliun hingga Rp69 triliun.

"Ini perlu saya sampaikan bahwa memang kita masih menghitung. Tunggu dulu nih. Cost overrun itu muncul berapa angka yang sebenarnya. Setelah diaudit oleh BPKP baru kita bisa tahu angka yang sebenarnya," katanya.

Sebelumnya, Ekonom senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengkritik sejumlah proyek infrastruktur transportasi yang dibangun pemerintah. Menurut Faisal, proyek-proyek infrastruktur tersebut merupakan pemborosan. Adapun proyek yang dimaksud yakni bandar udara (bandara), pelabuhan hingga kereta cepat.