Bagikan:

JAKARTA - Ekonom senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengkritik pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Proyek ini menjadi sorotan karena dinilai mubazir.

Dalam hitungan Faisal, pendanaan proyek ini diprediksi tak akan balik modal bahkan hingga kiamat tiba. "Sebentar lagi rakyat membayar kereta cepat. Barang kali nanti tiketnya Rp 400.000 sekali jalan. Diperkirakan sampai kiamat pun tidak balik modal,” ujar Faizal dalam dialog virtual, Rabu, 13 Oktober 2021 lalu.

Hitung-hitungan Faisal ini disanggah oleh pegiat media sosial, Denny Siregar. Menurut Denny, meski dia bukan ahli ekonomi, melihat proyek kereta cepat Jakarta Bandung harus lebih luas, bukan sekedar kapan balik modal.

"Kok bisa ya Faisal Basri, seorang pakar ekonomi dosen UI memandang pembangunan kereta cepat hanya melihat berapa modal yang dikeluarkan dan berapa harga tiket kereta supaya modalnya bisa balik? Itu hitung-hitungan pedagang kaki lima, siang belanja sayur seharga Rp1.000 dijual dengan mendapat untung seharga Rp1.500," terang Denny dilansir VOI dari kanal Youtube CokroTV, Sabtu, 16 Oktober.

Dalam pandangan Denny, proyek pembangunan nasional harus dilihat dalam kerangka multiplier effect. Contohnya, pembangunan industri di suatu kawasan tidak hanya dilihat berapa modal yang dikeluarkan atau berapa keuntungan yang didapatkan.

Melainkan, berapa tenaga kerja yang terserap, bagaimana roda ekonomi disekiar pembangunan industri, harga tanah penduduk yang bergerak naik dan sebagainya.

"Jadi tumbuh ekonomi ekonomi baru yang tidak mungkin ada kalau kawasan industri itu tidak dibangun. Itulah yang disebut sebagai efek berganda. Nah kayak pembangunan kereta cepat ini," terang Denny.

Multiplier effect kereta cepat Jakarta-Bandung adalah tumbuhnya kawasan pemberhentian kereta. Dari yang sepi menjadi ramai karena disinggahi oleh kereta api cepat. Belum lagi bisnis masyarakat mulai dari tempat makanan, transportasi, tanah dan sebagainya.

"Kawasan sekitar stasiun yang tadinya sepi dan enggak ada harganya jadi ramai. Tumbuh tingkat ekonomi yang tidak dipikirkan oleh seorang pakar ekonomi, yang hanya berkutat di angka modalnya. Kalau pemikiran Jokowi itu lebih gila dari kereta cepat Jakarta-Bandung,"

"Kalau ini sudah selesai, Jokowi akan bangun lagi sampai Surabaya. Mungkin juga sampai Banyuwangi dan mungkin juga sampai ke Bali. Bayangkan nilai ekonomi baru yang tumbuh di stasiun-stasiun baru kereta cepat yang dilewati dari Jakarta sampai Surabaya atau sampai Bali," ujar Denny.

Untuk diketahui, Faisal menyoroti pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Proyek tersebut dibangun oleh PT Kereta Cepat Indonesia-China atau KCIC.

Lampu hijau penggunaan APBN tersebut karena pembiayaan proyek tersebut bengkak menjadi 8 miliar dolar AS. Pada awalnya, proyek ini diperhitungkan membutuhkan biaya 6,07 miliar dolar AS melalui kerja sama pemerintah Indonesia dan China.

Penggunaan APBN untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tersebut terungkap dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2021 yang baru diteken tanggal 6 Oktober 2021. Beleid tersebut merupakan perubahan atas Perpres Nomor 107 Tahun 2015, tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Adapun bantuan tersebut diberikan dalam bentuk pemberian modal negara (PMN), penjaminan proyek, hingga izin penerbitan surat utang atau obligasi bagi PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI selaku pimpinan konsorsium proyek.

Sekadar informasi, kereta cepat ini merupakan moda transportasi massal yang beroperasi dari wilayah Jakarta menuju Bandung dan sebaliknya. Kereta cepat ini menggunakan CR400AF generasi terbaru jarak operasi 142,3 km. Transportasi ini melalui empat stasiun pemberhentian yaitu Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar.

Dikutip dari kcic.co.id, ada beberapa keunggulan yang dimiliki Kereta Cepat Jakarta-Bandung yakni lebih efektif dan efisien terutama dalam hal waktu. Kemudian, teknologi yang digunakan dalam transportasi ini sudah modern. Lalu, pemerintah juga menjamin keamanan dari transportasi ini. Khususnya untuk penumpang disabilitas agar tetap nyaman selama perjalanan.

Tak hanya itu keunggulan lainnya adalah kereta cepat ini akan terintegrasi dengan moda transportasi umum lainnya seperti LRT dan Transjakarta. Bahkan direncanakan akan ada Bus Rapid Transit (BRT) di setiap stasiun pemberhentian.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang menggunakan teknologi tinggi menjadi suatu lompatan yang baik bagi Indonesia.

Adapun pernyataan tersebut diungkapkan Budi dalam acara pembukaan kantor pusat China Railway Group Limited (CREC) di Indonesia, yang merupakan investor terbesar dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

"Ini lompatan tertentu bagi Indonesia dalam segi teknologi pembangunan, dari yang tadinya belum bisa, sekarang menjadi bisa. Lompatan ini hendaknya kita maknai secara baik," ujar Budi Karya dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu, 11 April.