Bali Masih Sepi Turis Asing Meski Penerbangan Internasional Sudah Dibuka, Masa Karantina Dinilai Jadi Penyebabnya
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah telah membuka akses penerbangan internasional di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali sejak kemarin lusa. Pembukaan bandara ini menjadi angin segar bagi para turis asing yang ingin ke Bali dan pelaku pariwisata setempat.

Namun, hingga saat ini Bali masih sepi kunjungan turis asing. Lalu, apa penyebab Bali masih sepi kunjungan turis asing?

Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Chusmeru, mengatakan salah satu penyebab sepinya Bali dari kunjungan turis asing yakni berkaitan dengan kebijakan karantina yang diberlakukan pemerintah.

"Salah satu penyebab turis asing belum ada yang mendarat ke Bali adalah kebijakan karantina bagi wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia," katanya saat dihubungi VOI, Jumat, 15 Oktober.

Chusmeru mengatakan meskipun di awal kebijakan karantina sudah diubah dari 8 hari menjadi 5 hari. Namun, kebijakan ini masih menyulitkan wisatawan asing untuk datang ke Bali. Pasalnya, dari 19 negara yang diizinkan masuk ke Indonesia sebagian besar ada di Asia.

Adapun pelaku perjalanan dari 19 negara yang boleh memasuki Indonesia lewat Bali dan Kepri yakni Saudi Arabia, Uni Emirat Arab (UEA), Selandia Baru, Kuwait, Bahrain, Qatar, China, India, Jepang, Korea Selatan, Liechtenstein, Italia, Perancis, Portugal, Spanyol, Swedia, Polandia, Hungaria, dan Norwegia.

"Sementara lama tinggal wisatawan asal negara-negara Asia di Bali berkisar 5 hari. Sehingga jika mereka berkunjung ke Bali hanya habis waktunya untuk karantina," ucapnya.

Lebih lanjut, Chusmeru mengatakan sedangkan untuk negara-negara Eropa yang diizinkan masuk ke Indonesia belum mengarah pada negara-negara yang punya lama tinggal panjang di Bali.

Karena itu, menurut Chusmeru, idealnya, karantina bagi wisatawan maksimal 3 hari, sehingga masih ada waktu bagi wisatawan untuk mengunjungi objek wisata di Bali.

"Karantina 5 hari bagi wisatawan juga berakibat biaya tinggi untuk berwisata, karena anggaran untuk berlibur lebih banyak dikeluarkan bagi karantina di hotel," tuturnya.

Meski begitu, Chusmeru mengatakan ada harapan titik balik pemulihan pariwisata di Bali akan terjadi saat libur Natal dan Tahun Baru 2023. Namun dengan catatan angka kasus COVID-19 di Indonesia sudah rendah. Begitu pula dengan negara-negara asal wisatawan yang potensial angka kunjungannya ke Bali juga sudah menurun kasusnya.

"Dengan demikian jumlah negara yang diizinkan masuk ke Indonesia bisa bertambah dan yang lebih penting, kebijakan karantina bagi wisatawan mancanegara dapat ditinjau kembali. Sehingga wisatawan tidak terlalu lama menjalani karantina di hotel," ucapnya.

Seperti diketahui, pemerintah mulai membuka sektor pariwisata di Bali dan Kepulauan Riau (Kepri) bagi wisatawan asing yang sebelumnya telah lama ditutup akibat lonjakan kasus COVID-19. Pariwisata di Bali dibuka untuk wisatawan mancanegara pada Kamis, 14 Oktober.

Adapun, pembukaan Bali dan Kepri bagi wisatawan asing merupakan upaya pemerintah untuk mendongkrak kembali perekonomian di dua provinsi tersebut. Seperti diketahui kedua provinsi tersebut yang mengandalkan pendapatannya dari sektor pariwisata.

Stakeholder Relation Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Taufan Yudhistira mengatakan meskipun akses penerbangan telah dibuka, namun hingga hari ini belum ada pesawat asing yang mendarat di Bali.

"Sampai dengan saat ini masih belum ada penerbangan internasional," tuturnya kepada VOI, Jumat, 15 Oktober.