Melihat Kondisi Kartika Plaza Kuta Bali, Dulu Berjubel Turis Kini Sunyi
Suasana Kartika Plaza Kuta Bali (Dafi VOI)

Bagikan:

BADUNG - Pembukaan penerbangan internasional untuk 19 negara memang belum bisa langsung berpengaruh terhadap tingkat kunjungan turis asing atau wisatawan mancanegara. Bali masih sepi.

Kondisi ini tergambar di Jalan Kartika Plaza, Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Sudah lama, sejak pandemi COVID-19 masuk Indonesia pada Maret 2020, berangsur-angsur merosot turis asing. 

Di sepanjang Kartika Plaza Kuta, deretan kios Art Shop, restoran, tempat spa dan hotel masih banyak yang tak beroperasi. Bisa dihitung jari, tempat-tempat yang buka, namun pengunjungnya pun tak ada. 

Kondisi ini dirasakan Sumiati (50), karyawan Art Shop bernama Made Wati Shop di Jalan Kartika Plaza. Wisatawan memang sepi, pengunjung yang berbelanja di art shop tempatnya bekerja hanya satu-dua orang.

“Kadang dapat Rp 50 ribu. Sepi sekali dan di sini setiap hari buka, iya kadang ada tamu lokal dari Jakarta," kata Sumiati, Jumat, 15 Oktober. 

Jalan Kartika Plaza Kuta dulunya sebelum COVID-19 ‘menyerang’ sangat populer bagi turis asing. Bila menelusuri jalan ini,  berjubel turis asing maupun lokal yang hilir mudik karena kawasan ini  sangat strategis untuk menuju Pantai Kuta.

Namun keadaannya berubah. Seketika semuanya lenyap dan menjadi sunyi. Hanya terlihat driver ojek online juga pedagang makanan minuman di tepi jalan. 

Ketut Milet (Dafi VOI)

Kondisi ini tak menghilangkan harapan Ketut Milet, penyewa motor di Jalan Kartika Plaza.

Milet memarkir sekitar lima unit sepeda motornya dan tak lupa memasang tulisan "Car & Bike For Rent," dengan harapan ada turis asing maupun lokal yang mau menyewanya.

"Belum ada turis dan tamu lokal jalan ke jalur  sini. Tapi katanya tamu lokal sudah mulai ramai," ujar Milet.

Harapan Milet tumbuh mendengar pembukaan penerbangan internasional langsung ke Bandara Ngurah Rai Bali. Pemerintah pusat mengizinkan warga 19 negara berkunjung ke Bali. 

"Kalau dulu sebelum pandemi Rp50 ribu per hari harga sewa motor. Sekarang Rp40 ribu tidak ada yang mau. Orang tamu tidak ada," ujar pria asal Desa Data, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali.

Milet yang sudah 15 tahun bekerja sebagai penyewa motor harus banting setir memenuhi kebutuhan hidup. Kerja serabutan menjadi kuli bangunan dilakoninya. 

"Karena tidak ada kerjaan lain, dan diam di rumah pusing. Saya kadang kerja serabutan, kerja kuli bangunan. Kalau tidak ada teman (mengajak) kerja bangunan iya ke sini lagi. Saya kerja apa pun yang penting mengasilkan," tuturnya.

Bahkan gara-gara pandemi, Milet sudah mengembalikan 8 motor yang dulu dikreditnya. Alasannya tak mampu lagi menulasi cicilan.

Karenanya, Milet berharap agar kondisi Bali kembali pulih seperti sebelum COVID-19 melanda. 

“Cepat pulih pariwisata  seperti dulu," kata Milet di tepi jalan.