Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melakukan kunjungan kerja ke Jerman. Di hari kedua kunjungan kerjanya, dia bertemu dengan Chief Executive Officer (CEO) Volkswagen AG (VW) Thomas Schmall von Westerholt. Ia membujuk bos VW agar membangun pabrik sel baterai untuk kendaraan listrik di Indonesia.

"Saya berusaha meyakinkan VW untuk membuat prekursor katoda baterai kendaraan listrik di Indonesia, sebagai bagian dari supply chain bahan baku pabrik baterai listrik dan kendaraan listrik mereka di seluruh dunia," katanya dikutip dari akun Instagram resmi @Bahlillahadalia, Senin, 11 Oktober.

Bahlil meyakinkan Thomas bahwa pemerintah akan memudahkan para investor asing ketika berinvestasi di Tanah Air. Ia menyatakan pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

"Kami siap mendukung dan memfasilitasi penyediaan bahan baku melalui kerja sama dengan pengusaha lokal dan UMKM di Indonesia," tuturnya.

Pada kunjungan kerja tersebut, Bahlil juga melakukan pertemuan langsung dengan BASF atau Badische Anilin-und Soda-Fabrik korporasi kimia multinasional asal Jerman. Pertemuan tersebut guna menindaklanjuti minat investasi BASF di bidang industri smelter/pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt yang menghasilkan produk bahan baku baterai kendaraan listrik.

Seperti diketahui, rencananya, BASF bekerja sama dengan Eramet, perusahaan pertambangan asal Perancis, akan melakukan kerja sama investasi kompleks pengolahan nikel-kobalt untuk keperluan pengembangan kendaraan listrik. Proyek tersebut mencakup pembangunan pabrik High-Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Base Metal Refinery (BMR).

Bahlil menjelaskan bahwa rencana investasi BASF tersebut sejalan dengan fokus pemerintah Indonesia saat ini dalam mewujudkan hilirisasi industri. Dalam hal ini, Bahlil meminta agar investasi BASF tidak hanya berhenti pada industri pemurnian nikel, namun hingga produk akhir berupa komponen baterai listrik.

"Kami akan dukung penuh rencana investasi BASF ini. Terkait perizinan dan insentif investasi, kami yang akan urus. Kita akan kawal terus sampai beres," ucapnya.

Adapun pembangunan HPAL tersebut akan berlokasi di Halmahera Tengah, Maluku Utara dengan kapasitas produksi sekitar 42.000 metrik ton nikel/tahun dan sekitar 5.000 metrik ton kobalt/tahun.

Dalam pertemuan tersebut, Markus Kamieth selaku anggota Board of Executive Director BASF menyampaikan apresiasi atas komitmen Kementerian Investasi/BKPM dalam memfasilitasi rencana investasi BASF di Indonesia.

Terkait dengan rencana investasinya, Markus mengharapkan Kementerian Investasi/BKPM dapat mendorong kawasan industri independen dalam penyediaan listrik secara proporsional yang berasal dari energi terbarukan.

Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/BKPM, total realisasi investasi asal negara Jerman secara akumulatif dari tahun 2016-triwulan II 2021 mencapai 1.143 juta dolar AS, menempati posisi ke-16 di antara asal negara investasi lainnya. Adapun total proyek dari realisasi investasi Jerman di Indonesia tersebut sebanyak 3.015 dan menyerap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebanyak 35.492 orang.