JAKARTA - Petugas kesehatan memiliki hak yang tidak dapat dinegosiasikan untuk melakukan keberatan hati nurani, dengan menolak untuk berpartisipasi dalam aborsi, kata Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus pada Hari Kamis, menyebut prosedur itu "pembunuhan".
Setidaknya ini adalah ketiga kalinya dalam sebulan Paus berbicara keras menentang aborsi, yang telah menjadi isu politik utama di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.
Pekan lalu pengadilan banding Amerika Serikat untuk sementara mengembalikan undang-undang aborsi restriktif Texas, yang melarang prosedur itu sebelum enam minggu setelah kehamilan dan mengalihdayakan penegakan larangan itu kepada warga biasa.
"Hari ini telah menjadi sedikit mode untuk berpikir, mungkin akan baik untuk menyingkirkan keberatan hati nurani (di bidang medis)," ujar Paus Fransiskus kepada peserta konferensi di Roma apoteker rumah sakit, mengutip Reuters 14 Oktober.
"Itu (keberatan hati nurani) tidak boleh dinegosiasikan, itu adalah tanggung jawab utama para profesional kesehatan," tegasnya, seraya menambahkan itu terutama berlaku untuk aborsi.
"Ketahuilah bahwa dalam hal ini saya sangat jelas, ini adalah pembunuhan dan tidak pernah sah untuk menjadi kaki tangan," tandas Paus.
Sebagian besar negara memiliki undang-undang yang mengatur beberapa bentuk keberatan hati nurani oleh profesional kesehatan, tetapi aktivis hak aborsi mengatakan tidak semua memenuhi kewajiban mereka untuk merujuk seorang wanita ke dokter lain.
Di beberapa negara Skandinavia, dokter dilarang menolak memberikan perawatan medis apa pun yang legal.
Bulan lalu, Paus Fransiskus mengatakan kepada wartawan di pesawat yang kembali dari Slovakia, aborsi adalah 'pembunuhan', bahkan segera setelah pembuahan, tetapi tampaknya mengkritik beberapa uskup Katolik Amerika Serikat, karena berurusan dengan posisi pro-pilihan Presiden AS Joe Biden dalam cara politik daripada pastoral.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, Gereja Katolik Roma mengajarkan bahwa kehidupan dimulai pada saat pembuahan.
Pada Bulan Juni, sebuah konferensi yang terbagi dari para uskup Katolik Roma Amerika Serikat memilih untuk merancang sebuah pernyataan tentang persekutuan yang dapat menegur politisi Katolik, termasuk Presiden Joe Biden. Mereka akan membahas masalah ini lagi bulan depan.