JAKARTA - Secara tiba-tiba Pemerintah Amerika Serikat menyetop operasional kantor konsulat China di Houston, Texas. Menanggapi hal itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan tindakan tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Pemerintah AS berdalih penutupan tersebut untuk menjaga informasi pribadi warganya.
Melansir CNN, sebelumnya polisi di Houston mendapat laporan bahwa ada kepulan asap di Kantor Konsulat China di Montrose Boulevard pada Selasa 21 Juli malam. Laporan itu didukung oleh tersebarnya video yang memperlihatkan orang-orang tengah membakar dokumen.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus berdalih penutupan konsulat China untuk melindungi properti intelektual Amerika dan informasi pribadi warganya. Namun mereka tak merinci penyebab penutupan konsulat. Kantor tersebut telah ditutup selama 72 jam menurut pemberitaan media China.
Sementara itu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan akan berkeras terhadap China dan bertemu dengan para pembangkang China yang berada di pengasingan. Namun ia menolak memberikan rincian tentang keputusan tersebut.
"Kami menetapkan harapan yang jelas tentang bagaimana Partai Komunis China berperilaku," kata Pompeo. "Dan ketika mereka tidak melakukannya, kita akan mengambil tindakan untuk melindungi rakyat Amerika, melindungi keamanan kita, keamanan nasional kita, dan juga melindungi ekonomi dan pekerjaan kita," ujarnya.
Konsulat China di Houston merupakan satu dari lima di AS. Kantor itu belum termasuk kedutaan China di Washington DC.
Presiden Donald Trump juga mengatakan bahwa kemungkinan ia akan memerintahkan penutupan lebih banyak konsulat China di AS.
Ada mata mata?
Sementara itu pihak Departemen Luar Negeri AS menyampaikan bahwa China telah terlibat selama bertahun-tahun dalam operasi mata-mata dan menjadi pengaruh kegiatan ilegal besar-besaran. "Kegiatan-kegiatan tersebut telah meningkat dalam skala besar selama beberapa tahun terakhir," tertulis.
Seperti diketahui, penutupan kantor konsulat China di Houston bersamaan dengan dakwaan terhadap dua warga China atas kasus peretasan yang didukung pemerintah China terkait perawatan COVID-19 dan penelitian vaksin. Surat dakwaan tersebut juga menandai pertama kalinya bahwa AS menuduh para peretas bekerja atas nama pemerintah China.
BACA JUGA:
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin membantah tuduhan itu dengan mengatakan "maling teriak maling," dalam sebuah konferensi pers pada hari Rabu. Wenbin juga menuduh AS "telah terlibat dalam kegiatan serangan siber terbesar di dunia," ungkapnya. China kini mempertimbangkan untuk melakukan aksi balasan dengan penutupan konsulat AS di Wuhan.
Dalam satu tahun terakhir ini hubungan antara China dan AS semakin memburuk pasca perang dagang. Keadaan tersebut diperparah dengan pandemi COVID-19 dan kritik AS terhadap pelanggaran hak asasi manusia China di Hong Kong dan Xinjiang.