Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat seolah tak ada hentinya "menantang" China. Setelah menutup Konsulat China di Houston, sekarang Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo, mendorong masyarakat China untuk bergabung dengan upaya internasional untuk "mengubah perilaku" pemerintahan China. AS juga mendorong banyak negara lain untuk melawan hegemoni China. 

Melansir SCMP, Jumat 24 Juli, Pompeo merasa bahwa 1,4 miliar masyarakat negeri tirai bambu takut menyuarakan aspirasi mereka karena sikap Partai Komunis China (PKC) yang suka melakukan penindasan. Ia juga berseru kepada negara-negara Asia-Pasifik seperti Vietnam dan Australia agar membuat aliansi untuk melawan hegemoni PKC. 

"PBB, NATO, G7, G20, gabungan kita tentu cukup untuk memenuhi tantangan ini, jika diarahkan dengan benar," kata Pompeo dalam pidatonya di Perpustakaan Presiden Richard Nixon di Yorba Linda, California. "Pendekatan kami tidak bisa hanya dengan ketegaran. Kita juga harus melibatkan dan memberdayakan orang-orang China, orang-orang yang dinamis dan cinta kebebasan yang benar-benar berbeda dari Partai Komunis China," bebernya. 

Pidato yang bertajuk "Komunis China dan Masa Depan Dunia Bebas" ini merupakan "serangan" keempat Pompeo dalam satu bulan mengkritik China atas ambisi globalnya. Pidato Pompeo ini turut meningkatkan eskalasi perseturan AS-China. 

Eskalasi meningkat

Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS menutup kantor konsulat China di Houston, Texas. Pompeo bilang perintah departemennya agar China menutup konsulatnya di Houston. Pompeo mengatakan bahwa langkah itu harus dilakukan karena kantor konsulat tersebut adalah pusat mata-mata dan pencurian data.

Penutupan itu diperkirakan akan mengakhiri hubungan AS-China selama empat dasawarsa. Padahal hubungan diplomatik resmi tersebut telah dimulai sejak 1979. 

Cara diplomatik internasional standar untuk berurusan dengan orang-orang yang dinyatakan "persona non grata" adalah melakukannya dengan diam-diam atau melalui penamaan dan mempermalukan di hadapan publik. Tetapi proses ini tidak melibatkan penutupan konsulat, jadi ini adalah eskalasi yang sangat serius. 

Namun, penutupan konsulat tampaknya tidak pasti setelah Konsulat Jenderal China di Houston, Cai Wei mengatakan bahwa negara itu memprotes perintah penutupan. Ia juga mengatakan bahwa kantornya akan tetap terbuka "sampai pemberitahuan lebih lanjut".

"Hari ini kami masih beroperasi secara normal, jadi kami akan melihat apa yang akan terjadi besok," kata Cai Wei, namun ia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.

Seperti diketahui, sikap pemerintahan Trump terhadap China terus mengeras dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena pandemi COVID-19 yang pertama kali dilaporkan di China pada akhir 2020. Virus tersebut kini telah menyebar ke seluruh AS, menyebabkan krisis ekonomi dan krisis kesehatan masyarakat yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.