China "Merayu" Negara-Negara Asia Tenggara Pasca Hubungan dengan AS di Laut China Selatan Memanas
Ilustrasi (Unsplash/Macau Photo Agency)

Bagikan:

JAKARTA - China tengah melakukan konsolidasi terhadap negara-negara Asia Tenggara, dengan memperkuat hubungan sektor ekonomi dan menawarkan bantuan untuk menanggulangi masalah COVID-19. Pergerakan itu semakin gencar pasca hubungannya dengan Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan memanas. 

Sebelumnya, Menlu AS Mike Pompeo menyatakan klaim China atas hampir 90 persen Laut China Selatan adalah benar-benar melanggar hukum. Pernyataan tersebut memperkuat ketegangan China-AS yang sebelumnya memang sudah buruk.

Di tengah ketegangan tersebut, China berusaha "merayu" negara-negara Asia Tenggara. Vietnam misalnya, melansir SCMP, Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi tengah berusaha meluluhkan hati negara tersebut dalam sebuah pertemuan virtual dengan Menlu Vietnam, Pham Binh Minh. Pertemuan itu dihelat sehari setelah Wakil Menteri Luar Negeri China Luo Zhaohui, merayu Vietnam bahwa mereka menginginkan perdamaian dan stabilitas regional.

"Menghadapi pandemi COVID-19, Vietnam dan China memperkuat persahabatan untuk saling mendukung," kata Wang Yi saat menggelar pertemuan. "Kami berdua berhasil mengendalikan wabah dan kami akan terus membangun kerja sama ekonomi dan perdagangan," katanya.

Sementara itu Menlu Vietnam Pham Binh Minh berjanji untuk menyumbangkan 100.000 dolar AS, sebagai "tanda persahabatan" untuk membantu China yang sedang menghadapi banjir terburuk dalam beberapa dekade. Bencana ini telah melanda 27 provinsi dan memengaruhi lebih dari 38 juta orang. 

"Saya ingin memperluas empati tulus kami kepada China, yang tengah memerangi bencana alam," kata Minh. Dalam pertemuan kedua negara itu juga membicarakan soal sengketa maritim yang kontroversial.  

Selain Vietnam, China juga kembali membangun hubungan intensif dengan Kamboja, salah satu sekutu terdekatnya pada sengketa Laut China Selatan. Negeri tirai bambu itu mengatakan pihaknya telah menyelesaikan pembicaraan pada Senin untuk pakta perdagangan bebas dengan Kamboja. 

Pakta tersebut sebagian besar dinilai sebagai simbolis, mengingat terbatasnya volume perdagangan mereka. Sementara para analis mengatakan kerja sama tersebut adalah strategi China merayu negara-negara Asia Tenggara agar menjauh dari AS.

Sebelumnya, Menlu AS Mike Pompeo menyatakan klaim China atas hampir 90 persen Laut China Selatan adalah benar-benar melanggar hukum. Pernyataan tersebut memperkuat ketegangan China-AS yang sebelumnya memang sudah buruk.