AS Masih Berdebat soal Kewajiban Masker Ketika Masyarakat Negara Lain Mulai Mengenakannya
Ilustrasi foto (Macau Photo Agency/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuai kontroversi dengan menolak mengenakan masker di depan umum. Tetapi, pada Selasa, 21 Juli ia memberikan dukungan paling tegas kepada para pakar kesehatan masyarakat yang mengimbau masyarakat AS untuk mengenakan masker.

"Kami meminta semua orang ketika tidak dapat jaga jarak fisik, (setidaknya) memakai masker," kata Trump saat memberikan pengarahan di Gedung Putih. "Apakah kamu suka maskernya atau tidak, masker tersebut memberikan dampak."

Melansir CNN, Rabu, 22 Juli, perubahan taktiknya yang tiba-tiba terjadi di tengah perdebatan politis tentang masker di AS. AS mendekati tonggak suram COVID-19 dengan catatan lebih dari empat juta kasus terkonfirmasi. Jumlah tertinggi dibanding negara mana pun di dunia.

Pakar kesehatan masyarakat telah menghabiskan waktu berbulan-bulan menekankan bahwa masker adalah salah satu alat paling efektif untuk membantu memerangi pandemi COVID-19. Banyak negara bagian AS telah memberi semacam kewajiban untuk mengenakan masker di hadapan umum.

Namun, Trump telah menolak menyetujui mandat nasional penggunaan masker. Trump menyatakan keinginan agar setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan sesuatu, termasuk dalam penggunaan masker.

Dalam sebuah jurnal yang terbit Mei lalu, para ahli mengatakan dunia perlu menangani penularan virus melalui udara. Para ahli menyebut negara-negara yang menerapkan penggunaan masker secara universal cenderung lebih mampu mengendalikan laju penularan virus. Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, misalnya.

Pemerintah Hong Kong, seperti banyak negara lain di Asia merekomendasikan masker sejak awal pandemi. Pekan lalu, Hong Kong mengumumkan bahwa penggunaan masker diwajibkan setelah lonjakan penularan COVID-19 terjadi. Sebagian besar warga Hong Kong telah secara teratur mengenakan masker di depan umum.

Padmini Murthy, profesor yang juga menjabat Direktur Kesehatan Global di New York Medical College, mengatakan, "mengenakan masker adalah sesuatu yang terhormat." Ia menyoroti negara seperti Korea Selatan, Hong Kong dan Thailand yang melakukan praktik mengenakan masker, jaga jarak fisik, dan melacak kontak sejak awal pandemi. Negara-negara itu kini mencatatkan rasio kasus kurang dari enam kematian per satu juta orang.

Opini yang terbagi

Namun, masker tetap jadi topik yang memecah belah di AS. Arkansas bergabung dengan setidaknya 39 negara bagian di AS yang mewajibkan penggunaan masker. Namun, negara bagian lain, semisal Florida dan Arizona menyerahkan kebijakan masker pada pejabat setempat.

Gubernur Georgia Brian Kemp menuntut Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms atas mandat penggunaan masker. Anthony Fauci, ahli penyakit menular terkemuka di AS juga telah mendesak gubernur dan wali kota untuk "sekuat mungkin" membuat orang-orang mengenakan masker.

Diskusi mengenai benar atau tidaknya penggunaan masker sebagai norma baru juga bergulir di banyak negara lain. Bahkan, Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson yang awalnya enggak mengatur penggunaan masker, kini telah mewajibkannya, terkhusus bagi mereka yang bepergian dengan transportasi umum. Kewajiban itu dimulai sejak pertengahan Juni. Siapapun yang melanggar akan didenda.

BACA JUGA:


Sementara, Prancis membuat kebijakan wajib masker di semua ruang publik tertutup. Kebijakan itu berbarengan dengan perpanjangan peraturan penggunaan masker di bioskop, museum, toko, bank dan pusat perbelanjaan. Polisi dapat mengganjarkan denda hingga 135 Euro bagi pelanggar aturan. Kebijakan tersebut telah diberlakukan sejak Mei. 

Di Republik Ceko, penggunaan masker wajib bagi semua orang saat keluar rumah. Kebijakan tersebut diberlakukan pada 19 Maret, yang kemudian diberlakukan untuk anak-anak di bawah dua tahun dan orang-orang yang mengemudi sendirian. Sementara, pada April, Jerman memberlakukan denda antara 15 hingga 5.000 Euro bagi orang-orang yang tidak mengenakan masker pada bulan April.