Bagikan:

JAKARTA - Lama menghilang sejak kerajaan bisnisnya mendapatkan tekanan dari Pemerintah China akhir tahun lalu, pendiri Alibaba group Jack Ma disebutkan berada di Hong Kong dan menggelar pertemuan bisnis beberapa hari belakangan ini, menurut sebuah sumber.

Mengutip Reuters 13 Oktober, Jack Ma menepi dari publik sejak pidatonya di Shanghai mengkritik regulator keuangan China Oktober tahun lalu, memicu berbagai peristiwa yang menyebabkan batalnya IPO Ant Group miliknya.

Sejak saat itu, Jack Ma sangat terbatas tampil di publik sejak saat ini, diikuti dengan spekulasi yang beredar mengenai keberadaannya. Salah satu sumber mengatakan, kunjunan ke Hong Kong menjadi perjalanan pertamanya ke salah satu pusat bisnis tersebut, sejak Oktober tahun lalu.

Alibaba tidak segera menanggapi permintaan komentar di luar jam kerja regulernya. Sementara, Komentar dari Ma biasanya datang melalui perusahaan. Adapun sumber menolak untuk diidentifikasi karena kendala kerahasiaan.

Jack Ma, yang pernah menjadi pengusaha paling terkenal dan blak-blakan di China, bertemu setidaknya 'beberapa' rekan bisnis saat makan minggu lalu, sumber tersebut. Ma yang kerajaan bisnisnya bermarkas di Hangzhou, China timur, diketahui memiliki sedikitnya satu rumah mewah di Hong Kong, yang juga menampung beberapa operasional bisnis lepas pantainya. Selain di New York, Alibaba juga terdaftar di Hong Kong.

Mantan guru bahasa Inggris itu menghilang dari pandangan publik selama tiga bulan sebelum muncul kembali pada Januari, berbicara kepada sekelompok guru melalui video. Itu meredakan kekhawatiran tentang ketidakhadirannya yang tidak biasa dari pusat perhatian dan membuat saham Alibaba melonjak.

Pada Bulan Mei, Ma melakukan kunjungan langka ke kampus Hangzhou Alibaba selama acara tahunan staf dan keluarga bertajuk 'Ali Day' menurut sumber perusahaan.

Pada 1 September, foto-foto Ma mengunjungi beberapa rumah kaca pertanian di Provinsi Zhejiang timur, rumah bagi Alibaba dan afiliasi fintechnya Ant, menjadi viral di media sosial China.

Hari berikutnya, Alibaba mengatakan akan menginvestasikan 100 miliar yuan (15,5 miliar doalr Amerika Serikat) pada tahun 2025 untuk mendukung 'kemakmuran bersama, menjadi perusahaan raksasa terbaru yang menjanjikan dukungan untuk inisiatif pembagian kekayaan yang didorong oleh Presiden Xi Jinping.

Untuk diketahui, Alibaba dan saingan teknologinya telah menjadi target tindakan keras regulasi yang luas terhadap berbagai masalah, mulai dari perilaku monopolistik hingga hak-hak konsumen. April lalu, Alibaba memecahkan rekor denda pelanggaran monopoli sebesar 2,75 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp39.221.187.500.000.

Awal tahun ini, regulator juga memberlakukan restrukturisasi menyeluruh pada Ant, yang gagal melakukan penawaran umum perdana senilai 37 miliar dolar Amerika Serikat di Hong Kong.