JAKARTA - PT Bio Farma (Persero) menyatakan, harga vaksin COVID-19 ada di kisaran 5-10 per dolar AS atau setara Rp73.500 hingga Rp147.000 per dosisnya (kurs rupiah Rp14.700 per dolar AS).
"Untuk perkiraan sementara, harganya di kisaran 5-10 dolar AS," ujar Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto kepada VOI, Rabu 23 Juli.
Sebagai informasi, Bio Farma telah mendatangkan vaksin COVID-19 buatan perusahaan asal China, Sinovac. Bio Farma menerima 2.400 vaksin pada 19 Juli 2020 lalu.
Selanjutnya, Bio Farma akan melakukan uji klinis tahap ketiga yang dijadwalkan mulai pada Agustus mendatang dan berjalan selama enam bulan. Proses uji klinis ditargetkan selesai pada Januari 2021 mendatang.
Setelah uji klinis fase ketiga selesai dan memenuhi syarat, induk holding BUMN Farmasi itu akan mulai memproduksi vaksin.
Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, perusahaannya akan menyiapkan produksi vaksin 100 juta-500 juta dosis per tahun ke depannya.
"Tapi untuk tahap pertama, sesuai dengan target uji klinis pertama pada Januari dan izin edarnya keluar kami menargetkan selesai sekitar 40 juta dosis per tahun," ujar Honesti
Untuk mempercepat proses izin edar, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bakal turut mendampingi proses uji klinis tahap tiga tersebut.
"Kami akan mendampingi proses uji klinis ini sehingga ada percepatan dalam pemberian izin edarnya," ujar Kepala BPOM Penny Lukito.
BACA JUGA:
Sementara itu, Ketua Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir mengingatkan masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan meski vaksin COVID-19 hasil kerja sama PT Bio Farma dengan perusahaan biofarmasi China, Sinovac.
"Vaksin ini kita pastikan akan ada tapi saya mohon masyarakat juga berdisiplin supaya kita bisa terus mengantisipasi terjadinya penularan COVID-19," kata Erick dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 21 Juli.
Masyarakat, sambungnya, tetap harus menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menerapkan protokol kesehatan lain untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Apalagi, meski angka penyembuhan terus meningkat namun angka penambahan kasus positif COVID-19 masih terus terjadi di tengah masyarakat.
"Jangan juga masyarakat berasumsi ketika ada suasana yang positif apakah vaksin atau penyembuhan meningkat, sudah waktunya kita hidup normal seperti yang dulu," tegas Menteri BUMN ini.