JAKARTA - Pemerintah sedang mempercepat program vaksinasi COVID-19 bagi masyarakat. Target yang dipatok pemerintah bahkan bisa mencapai 2 juta dosis per hari.
Pemerintah melakukan berbagai cara supaya semua masyarakat bisa divaksin. Berbagai instrumen dikerahkan. Polisi dan TNI diterjunkan untuk bisa mencapai target.
Namun --setidaknya hingga hari ini-- target 2 juta dosis per hari masih jauh dari realisasi di lapangan. Jumlah orang yang disuntik sangat fluktuatif setiap harinya --seperti terekam dalam data Satgas COVID-19.
Terkadang bisa melewati angka sejuta orang. Tapi hari berikutnya bisa melorot hingga setengahnya.
Belum lagi masalah distribusi vaksin yang tak merata. Pekan lalu, daerah-daerah teriak karena stok vaksin mereka habis. Bahkan ada yang sampai harus menunda penyuntikan vaksin dari penjadwalan.
Melansir Djawanews, Selasa, 10 Agustus, viralnya seorang petugas kesehatan berinisial EO yang terekam video menyuntik vaksin Covid-19 kosong bikin heboh. EO memang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian. Dia juga sudah mengaku lalai.
"Saya tidak ada niat apa-apa, saya murni hanya ingin membantu menjadi relawan untuk memberikan vaksin," ucap EO saat itu.
Dia mengaku tak berkonsentrasi penuh setelah menghadapi 599 orang yang menjadi peserta vaksin. EO pun meminta maaf kepada semua pihak. Terutama kepada keluarga anak yang telah divaksin.
"Dan saya meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia yang telah merasa diresahkan atas kejadian ini," sambung dia yang siap mengikuti segala proses hukum.
BACA JUGA:
Nakes Kelelahan?
Polisi memang masih mendalami motif dari EO. Namun apa yang disampaikan EO harusnya jadi perhatian lebih dari pemerintah. EO kehilangan konsentrasi akibat sudah menyuntik 599 peserta vaksin.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia Tarmizi mengakui kalau tenaga kesehatan harus bisa mengatur shif untuk mengurangi beban pekerjaan. Bagi dia, angka 599 peserta vaksin bisa jadi membuat tenaga kesehatan lelah.
"Satu nakes itu bisa 100-150 suntikan ya," kata Nadia saat dihubungi Djawanews.
Angka yang disebutkan 3-4 kali lipat dari jumlah peserta vaksin yang sudah disuntik EO.