LEBAK – Sejak tiga pekan ini para perajin dompet di Lebak, Banten kewalahan mengerjakan pesanan dompet kulit yang terus meningkat. Hal itu diperkirakan adanya permintaan pasar yang tinggi.
"Kami sangat terbantu ekonomi keluarga dengan meningkatnya permintaan pasar itu," ujar Rahmat, seorang perajin dompet di Desa Giri Mukti Cimarga, Kabupaten Lebak, mengutip Antara, Minggu 12 September.
Rahmat menganggap, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 dan menurunnya kasus COVID-19 di wilayahnya, menjadi faktor utama tingginya permintaan pasar dompet.
Kata dia, dapat mendongkrak ekonomi masyarakat setempat yang merupakan sentra kerajinan dompet di Kabupaten Lebak. Produksi dompet tersebut, lanjut dia, dipasok ke Pasar Senen dan Mangga Dua Jakarta.
"Kami memasok produksi dompet ke Jakarta, meningkat hingga 100 kodi/ pekan dan dijual Rp60 juta, dengan harga Rp600 ribu/kodi, padahal sebelumnya hanya 30 kodi/pekan," katanya.
H Yahya, perajin lainnya, mengaku saat ini permintaan pasar kembali meningkat setelah kasus COVID-19 di DKI Jakarta menurun.
BACA JUGA:
Kata Yahya, permintaan dompet meningkat rata-rata 100 kodi dari sebelumnya 30 kodi/ pekan. Perajin, kata dia, kini mampu melayani permintaan pasar dengan memperkerjakan pegawainya yang sempat di rumahkan.
"Kami sudah tiga pekan ini memasok produksi dompet ke Pasar Senin sebanyak 100 kodi dari sebelumnya 30 kodi," katanya.
Sementara itu Sekertaris Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Omas Irawan mengatakan saat ini pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terus berkembang di tengah pandemi.
Saat ini, kata dia, jumlah pelaku UMKM mencapai 51.680 unit yang membuka lapangan kerja hingga puluhan ribu orang. Padahal, kata dia, sebelumnya UMKM tercatat 49.000 unit usaha, di antaranya perajin dompet itu.
"Kami mendorong pelaku UMKM terus meningkatkan mutu dan kualitas, sehingga bisa bersaing pasar," katanya.