JAKARTA - Okupansi hotel perlahan mulai naik sejalan dengan diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta dan dibeberapa wilayah. Meskipun belum dapat dikatakan semuanya kembali normal, tetapi sudah ada pergerakan ke arah yang lebih baik di sektor perhotelan dan akomodasi.
CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda mengatakan, PSBB transisi menyelematkan sektor perhotelan setelah sangat berat terhantam pandemi COVID-19. Bahkan, hampir sebagian hotel rontok dan beberapa hotel di Bali sedang dilego sampai saat ini.
"Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Indonesia Property Watch selama 1 bulan terakhir yaitu bulan Juni 2020 mengenai pasar perhotelan tergambar bahwa beberapa kawasan yang masih dalam jangkauan kendaraan pribadi (driving distance) dari Jakarta, justru menunjukkan kenaikan okupansi yang tinggi," katanya, di Jakarta, Senin, 6 Juli.
Namun, Ali mengatakan, kondisi ini berbeda dengan hotel-hotel di daerah wisata yang tidak bisa ditempuh dengan mobil pribadi. Artinya, hotel yang hanya bisa dikunjungi dengan menggunakan pesawat terbang belum menunjukan pergerakan yang positif.
Berdasarkan catatan Indonesia Property Watch, tingkat okupansi tertinggi terjadi di wilayah Bogor-Puncak yang naik menjadi 29,3 persen bahkan di weekend dapat mencapai 60 hingga 70 persen.
BACA JUGA:
"Kenaikan tingkat okupansi juga terjadi di kawasan Bandung menjadi rata-rata sebesar 22,9 persen dan Anyer-Carita 15,4 persen," tuturnya.
Ali menjelaskan, tujuan tamu sebagian besar untuk wisata atau liburan, sedangkan hotel-hotel bisnis relatif masih tertahan termasuk hotel-hotel berbintang di Jakarta.
"Tingkat okupansi ini masih terbilang rendah bila dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi COVID-19. Namun paling tidak telah menjadi indikasi bahwa bisnis perhotelan mulai tumbuh meskipun masih dibayangi kekhawatiran," ucapnya.
Menurut Ali, pihak perhotelan juga menerapkan diskon mulai 10 hingga 20 persen untuk tamu yang berkunjung. Lahkah ini, manjadi salah satu promosi yang dapat menarik minat masyarakat untuk menginap di hotel.
"Selain wilayah-wilayah tersebut masih dalam radius driving distance, tamu-tamu hotel saat ini lebih memilih chain-branded hotels yang dipercaya menerapkan protokol kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan hotel-hotel lokal," tuturnya.