Bagikan:

JAKARTA - Korea Selatan terus melakukan pengembangan rudal balistik buatan dalam negeri yang mampu membawa hulu ledak hingga 3 ton, serta mampu menjangkau sasaran sejauh 350 - 400 kilometer yang sudah memasuki tahap akhir, sebut kantor berita Yonhap, Kamis.

Dalam cetak biru pertahanan untuk 2022-2026, Kementerian Pertahanan mengatakan akan mengembangkan rudal baru dengan kekuatan destruktif yang ditingkatkan secara signifikan, meningkatkan sistem pertahanan rudal dan menyebarkan pencegat baru terhadap artileri jarak jauh.

"Kami akan mengembangkan rudal yang lebih kuat, jarak jauh dan lebih tepat untuk melakukan pencegahan dan mencapai keamanan dan perdamaian di Semenanjung Korea," kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, mengutip Reuters 2 September.

Rudal baru yang dikembangkan disebut mampu menjangkau jarak 350-400 kilometer dengan hulu ledak hingga 3 ton, yang dirancang untuk menghancurkan fasilitas bawah tanah seperti yang diyakini digunakan Korea Utara untuk menyimpan senjata nuklir, Yonhap melaporkan, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

rudal korea selatan
Ilustrasi rudal balistik Korea Selatan. (Wikimedia Commons/Teukwonjae707)

Rudal itu akan menjadi yang terbaru dalam perlombaan rudal konvensional antara kedua Korea, yang akan dipercepat setelah Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk membatalkan semua pembatasan bilateral pada pengembangan rudal Seoul awal tahun ini.

Pada Bulan Mei, Seoul dan Washington sepakat untuk mencabut pembatasan "pedoman rudal" yang telah melarang Korea Selatan mengembangkan atau memiliki rudal balistik dengan jangkauan maksimum lebih dari 800 kilometer, mengutip Korea Times.

Pada tahun 2020, Korea Selatan mengumumkan rudal balistik jarak pendek (SRBM) Hyunmoo-4 yang baru dapat membawa hulu ledak 2 ton. Sementara pada Bulan Maret Korea Utara menguji SRBM yang dikatakan dapat mengirimkan muatan 2,5 ton. Hyunmoo-4 adalah rudal terbesar Korea Selatan.

"Menyusul penghentian pedoman, kami akan melakukan pencegahan terhadap potensi ancaman dan meningkatkan kemampuan serangan terhadap target utama," sebut pernyataan kementerian pertahanan.

Jumat pekan lalu, laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebut telah mendeteksi indikasi 'sangat meresahkan', reaktor nuklir utama di kompleks utama Yongbyon Utara telah beroperasi sejak Juli.

"Untuk mencegah provokasi dari jarak jauh, kami akan meningkatkan secara tajam jumlah pencegat yang menargetkan rudal jarak menengah dan jauh," tandas kementerian itu, merujuk pada dorongannya untuk mengembangkan sistem pencegatnya sendiri seperti Iron Dome Israel.

Secara keseluruhan cetak biru pertahanan Korea Selatan menganggarkan pengeluaran 315,2 triliun won atau setara dengan 273 miliar dolar AS, mengalami peningkatan rata-rata 5,8 persen tahun-ke-tahun, selama lima tahun ke depan.