Reformasi Pendidikan di China: Ujian Tertulis Dihapus, PR Dibatasi hingga Les Privat Berbayar Dilarang
Ilustrasi anak-anak sekolah China. (Wikimedia Commons/WabbitWanderer)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas China memutuskan untuk menghapus ujian tertulis untuk anak-anak usia enam dan tujuh tahun, sebagai bagian dari reformasi pendidikan yang bertujuan untuk mengurangi tekanan pada murid dan orang tua dalam sistem sekolah hiper-kompetitif China.

Mengutip CNA 30 Agustus, sistem berorientasi ujian China sebelumnya mengharuskan siswa untuk mengikuti ujian dari kelas satu dan seterusnya, yang berpuncak pada ujian masuk universitas yang ditakuti pada usia 18.

Sistem ini memang bermuara pada ujian masuk universitas yang disebut Gaokao, di mana satu nilai dapat menentukan lintasan kehidupan seorang anak. Ini yang diyakini menjadi beban murid dan orang tua.

"Ujian terlalu sering, yang menyebabkan siswa terbebani dan berada di bawah tekanan ujian yang besar telah dibatalkan oleh Kementerian Pendidikan," menurut pedoman baru yang dirilis pada hari Senin.

Kementerian mengatakan, "tekanan pada murid sejak usia muda "membahayakan kesehatan mental dan fisik mereka".

Peraturan tersebut juga membatasi ujian di tahun-tahun wajib belajar lainnya hanya satu kali satu semester, dengan ujian tengah semester dan try out ujian diperbolehkan di sekolah menengah pertama.

Langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari reformasi pemerintah yang lebih luas di sektor pendidikan China, yang mencakup tindakan keras terhadap sekolah-sekolah yang menjejalkan, dilihat oleh orang tua sebagai cara untuk meningkatkan kekayaan pendidikan anak-anak mereka.

Pada akhir Juli, China memerintahkan semua perusahaan les privat untuk menjadi nirlaba, dan melarang agen les memberikan pelajaran dalam mata pelajaran inti pada akhir pekan dan hari libur, yang secara efektif melumpuhkan sektor senilai 100 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

pendidikan china
Caption

Tujuannya adalah untuk mengurangi ketidaksetaraan pendidikan di China, di mana beberapa orang tua kelas menengah rela mengeluarkan 100.000 yuan atau sekitar 15.400 dolar AS atau lebih per tahun untuk les privat agar anak-anak mereka masuk sekolah unggulan.

Kondisi ini juga berimbas pada bidang properti, di mana harga rumah-rumah di kawasan pendidikan juga mengalami kenaikkan harga jual.

"Tidak ada negara lain yang memiliki budaya bimbingan belajar yang kuat (seperti China)," kata Claudia Wang, mitra dan pemimpin pendidikan Asia di perusahaan konsultan yang berbasis di Shanghai, Oliver Wyman.

Dengan pertumbuhan populasi paling lambat dalam beberapa dekade, pihak berwenang China mencabut batas kelahiran dua anak awal tahun ini dan ingin meningkatkan insentif bagi orang tua untuk memiliki lebih banyak anak.

Otoritas Kota Beijing pekan lalu mengumumkan bahwa guru harus berpindah sekolah setiap enam tahun, untuk mencegah konsentrasi talenta terbaik hanya di beberapa sekolah saja.

Selain itu, pejabat pendidikan pada hari Senin mengulangi larangan sekolah mendirikan kelas "prioritas" untuk siswa berbakat. Kementerian Pendidikan juga melarang pekerjaan rumah tertulis untuk siswa kelas satu dan dua awal tahun ini, dan membatasi pekerjaan rumah (PR) untuk siswa SMP tidak lebih dari 1,5 jam per malam.

Kendati demikian, masih banyak orang tua di China masih menganggap pendidikan sebagai jalan menuju mobilitas sosial.

Untuk diketahui, gaokao adalah salah satu dari sedikit cara agar siswa pedesaan yang miskin dapat mengakses peluang pendidikan dan prospek kerja yang lebih baik di universitas terkemuka.