JAKARTA - Otoritas moneter Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa utang luar negeri (ULN) Indonesia ke China pada akhir Juni 2021 adalah sebesar 21,24 miliar dolar AS atau setara dengan Rp305,9 triliun.
Bukuan tersebut melesat 474 persen dibandingkan dengan ULN RI ke China di akhir periode 2011 yang disebut sebesar 3,70 miliar dolar AS atau sekitar Rp53,29 triliun.
Meski demikian, Singapura masih menjadi negara kreditur terbesar dengan catatan hingga paruh pertama 2021 sebesar 64,83 miliar dolar AS. Diikuti kemudian oleh Amerika Serikat dengan 30,56 miliar dolar AS, dan Jepang 27,18 miliar dolar AS.
Total ULN Indonesia pada Juni 2021 adalah sejumlah 415,1 miliar dolar AS.
“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” kata BI seperti yang dikutip pada Senin, 30 Agustus.
Terkhusus China, ULN RI diketahui melonjak hampir dua kali lipat pada 2015 menjadi 13,66 miliar dolar AS dari sebelumnya 7,86 miliar dolar AS pada 2014.
Itu artinya terjadi kenaikan ULN sekitar 5,8 miliar dolar AS dalam tempo 12 bulan. Sementara kenaikan ULN RI ke China dalam 10 tahun terakhir rata-rata 1-2 miliar dolar pertahun.
Untuk diketahui, pada rentang waktu tersebut bersamaan dengan masa pergantian kepemimpinan presiden dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Joko Widodo (Jokowi)
BACA JUGA:
Asal tahu saja, jumlah ULN RI itu juga merupakan gabungan antara pemerintah dan swasta.
Adapun, jumlah ULN pemerintah hingga Juni 2021 adalah sebesar 205,0 miliar dolar AS. Sedangkan sektor swasta (termasuk BUMN) menyumbang 207,2 miliar dolar AS.
“Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian,” tegas Bank Indonesia.