JAKARTA - Dokumen keamanan intenal PBB yang bocor menyebutkan sejumlah ancaman dan intimidasi yang dialami staf lokal di Afghanistan, terkait dengan kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan negara tersebut.
Taliban menghentikan seorang anggota staf PBB di Afghanistan ketika ia mencoba mencapai bandara Kabul pada Hari Minggu. Mereka menggeledah kendaraannya dan menemukan identifikasi PBB-nya. Kemudian mereka memukulinya.
Pada Hari Senin, tiga pria tak dikenal mengunjungi rumah anggota staf PBB lainnya yang sedang bekerja pada saat itu. Mereka bertanya kepada putranya di mana ayahnya, dan menuduhnya berbohong. "Kami tahu lokasinya dan apa yang dia lakukan," sebut ketiga pria itu, mengutip Reuters 26 Agustus.
Insiden-insiden itu termasuk di antara lusinan yang terkandung dalam dokumen keamanan internal PBB yang dilihat oleh Reuters yang menggambarkan ancaman terselubung, penjarahan kantor-kantor PBB dan penganiayaan fisik terhadap staf sejak 10 Agustus, tak lama sebelum Taliban berkuasa.
Sementara, kelompok Taliban telah berusaha untuk meyakinkan Afghanistan dan kekuatan Barat, mereka akan menghormati hak-hak rakyat, laporan pembalasan telah merusak kepercayaan, paling tidak di antara mereka yang terkait dengan organisasi asing.
Taliban tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari daftar insiden PBB.
Kelompok itu mengatakan akan menyelidiki pelanggaran yang dilaporkan, dan juga mendorong organisasi bantuan untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Ada pun PBB mengatakan tidak mengomentari dokumen keamanan yang bocor. Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengambahkan, "Pihak berwenang yang bertanggung jawab di Kabul, bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan staf dan tempat PBB. Kami tetap berhubungan dengan mereka dalam hal itu."
PBB telah merelokasi sekitar sepertiga dari 300 staf asing yang dimilikinya di Afghanistan ke Kazakhstan. Ia juga menekankan bahwa mereka ingin mempertahankan kehadirannya untuk membantu rakyat Afghanistan.
Ada sekitar 3.000 staf PBB Afghanistan yang masih berada di negara itu. Seorang juru bicara PBB mengatakan, badan dunia itu telah melakukan kontak dengan negara-negara lain untuk mendesak mereka memberikan visa atau mendukung relokasi sementara beberapa dari mereka.
Penilaian risiko PBB pada 21 Agustus, yang dilaporkan oleh Reuters pada Hari Selasa menyebut, tidak ada komando dan kontrol yang koheren di dalam Taliban.
Sementara, seorang pekerja Afghanistan PBB, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters, dia mengetahui setidaknya 50 staf Afghanistan yang diperingatkan atau diancam oleh Taliban, menambahkan, "Staf nasional PBB yang berada di bawah ancaman langsung serius dari Taliban harus dievakuasi."
Dia mengatakan ancaman itu tidak semua harus terkait dengan status orang-orang di PBB, tetapi merupakan fungsi dari dorongan Taliban untuk memaksakan kendali atas Kabul.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, ribuan orang telah meninggalkan Afghanistan sejak Taliban memasuki Kabul pada 15 Agustus, naik penerbangan militer dan komersial dari ibukota di mana bandara telah menjadi tempat kekacauan yang mematikan.
Lainnya, termasuk mereka yang bekerja di bidang advokasi dan hak asasi manusia, percaya mereka bisa menjadi target pembalasan setelah sejumlah orang tewas dalam dugaan serangan Taliban yang ditargetkan pada tahun lalu.