Bagikan:

JAKARTA - Dua juta penduduk Sydney akan berada di bawah jam malam mulai minggu depan, untuk memperlambat penyebaran varian Delta yang sangat menular, sebut otoritas setempat saat mengumumkan perpanjangan penguncian.

Gelombang ketiga infeksi COVID-19 Australia, yang berpusat di Sydney, telah memaksa lebih dari setengah populasi hampir 26 juta dikunci orang menjalani penguncian berkepanjangan.

Terbaru, Perdana Menteri New South Wales Gladys Berejiklian mengumumkan perpanjangan penguncian Sydney hingga akhir September, pemberlakukan pembatasan baru termasuk jam malam, persyaratan untuk memakai masker saat berada di luar ruangan dan pembatasan berolahraga.

"Saya meminta kesehatan dan polisi untuk bekerja sama, memberi saya daftar terakhir tentang apa yang bisa kita lakukan, untuk tidak meninggalkan keraguan tentang seberapa serius kita untuk menurunkan tingkat pertumbuhan, jumlah kasus turun," kata Berejiklian dalam konferensi pers mengutip Reuters Jumat 20 Agustus.

Jam malam dari jam 9 malam hingga pukul 5 pagi akan berlaku mulai Senin di 12 wilayah dewan yang terkena dampak terburuk, mencakup sekitar 40 persen dari populasi Sydney yang berjumlah 5 juta. Siapa pun yang tertangkap memasuki area tersebut akan didenda dan diharuskan mengisolasi diri selama 14 hari.

Dengan jam malam serupa yang sudah diberlakukan di Melbourne, lebih dari seperempat penduduk Australia akan dikurung di rumah mereka pada malam hari mulai Senin, dengan pengecualian pekerja penting.

Negara Bagian New South Wales melaporkan 644 infeksi baru pada hari Jumat, sebagian besar di Sydney. Kasus harian di seluruh New South Wales rata-rata telah mencapai 400 selama tujuh hari terakhir meskipun delapan minggu terkunci di Sydney, kota terbesar di Australia.

Dengan hanya sekitar 28 persen orang di atas usia 16 tahun yang telah menerima vaksin COVID-19 lengkap, Australia telah gagal menahan wabah Sydney yang kini telah menjadi kasus di kota-kota lain di seluruh Australia serta Selandia Baru.

Sementara, Negara bagian Victoria Australia mencatat 55 kasus COVID-19 baru yang didapat secara lokal, memperingatkan bahwa negara itu berisiko dibanjiri oleh infeksi.

"Kami berada di ambang untuk menjauh dan itu bukan karena pelacakan kontak, tidak melakukan semua yang mereka bisa. Mereka melakukannya. Itu bukan karena kami tidak mengunci cukup cepat. Kami melakukannya," Perdana Menteri Negara Bagian Victoria Daniel Andrews mengatakan kepada wartawan di Melbourne.

Ada pun di ibu kota Australia, Canberra, juga terkunci, dengan 16 kasus tercatat dalam 24 jam terakhir dari populasi sekitar 430.000, kata pihak berwenang.

Yang mengejutkan, saluran bantuan pencegahan bunuh diri Lifeline Australia mengatakan ada peningkatan panggilan telepon sebesar 40 persen dalam beberapa hari terakhir dibandingkan dengan masa pra-pandemi.

"Yang ditunjukkan adalah tingkat kecemasan, meningkatnya tingkat kemarahan di masyarakat, dan tentu saja stres dan tekanan," kata Ketua Lifeline Australia John Brogden kepada penyiar ABC, Jumat.

Australia mencatat sekitar 12.000 kasus infeksi sejak varian Delta pertama dilaporkan di Sydney pada 16 Juni. Empat kematian baru dikonfirmasi pada hari Jumat, sehingga total menjadi 65 dalam wabah terbaru.

Meski begitu, tingkat vaksinasi yang tinggi di antara yang paling rentan di Australia berarti tingkat kematian adalah 0,54%, data resmi menunjukkan, di bawah wabah sebelumnya.

Untuk diketahui, total Negeri Kangguru hingga saat ini mencatat sekitar 42.100 kasus infeksi dan 975 kematian sejak pandemi, tergolong rendah dibanding negara-negara maju lainnya