JAKARTA - Redaksi Tirto.id angkat bicara setelah salah satu jurnalisnya, M. Bernie diduga melakukan ujaran rasis terhadap Suku Baduy sekaligus penghinaan ke Presiden Joko Widodo. Redaksi menganggap sikap itu tidak bisa ditoleransi.
"Terhitung sejak hari ini, ia sudah tidak lagi berstatus sebagai karyawan Tirto.id. Segala isi dan maksud cuitan M. Bernie adalah murni tanggung jawabnya sebagai pribadi," tulis Redaksi Tirto.id dikutip Selasa, 17 Agustus.
Cuitan M. Bernie sebelumnya ramai dikritik warganet karena membawa SARA. Dia menulis Presiden Jokowi cocok menggunakan pakaian adat Suku Baduy saat pidato kenegaraan, Selasa, 16 Agustus kemarin.
Sayangnya, pada akhir komentar, akun ini meminta Jokowi untuk sekalian membawa madu dan jongkok di perempatan. "Azzzsksksks Jokowi Make baju adat Baduy cocok bgt, tinggal bawa madu + jongkok perempatan," tulis Bernie di akunnya @pawletariat.
Redaksi Tirto menyebut, rasisme adalah bentuk kebencian tidak menoleransinya. Sikap kami terhadap masyarakat Baduy dan komunitas adat lain tercermin dalam laporan-laporan kami dan kami selalu menjunjung nilai-nilai inklusivitas dalam keredaksian.
"Sikap jurnalis kami, M. Bernie, sama sekali tidak mencerminkan sikap yang kami anut selama ini."
Lagipula, efek atas cuitan itu fatal karena menyangkut integritas M. Bernie sebagai wartawan dan Tirto.id. "Ini bukan hanya mencederai Bernie sebagai individu maupun Tirto.id, tetapi juga berpotensi melunturkan kepercayaan publik terhadap jurnalisme."
"Untuk ini, kami meminta maaf dan akan melakukan evaluasi internal. Persoalan ini juga menjadi pelajaran penting bagi kami untuk lebih berkomitmen memperbaiki kualitas jurnalis serta mengedepankan liputan-liputan yang membantu menegakkan keadilan bagi masyarakat adat," demikian Redaksi Tirto.
BACA JUGA:
M. Bernie setelah cuitannya viral langsung membuat klarifikasi dan meminta maaf.
"Saya sama sekali gak ada niat menghina suku baduy. Saya tahu, suku baduy memiliki tradisi dan kearifan yang sangat luhur. Tapi memang benar saya memiliki keprihatinan dan keresahan ttg warga baduy yang harus berjalan kaki ratusan kilometer kemudian menggelandang di jakarta demi jualan madu hutan Rp100 ribu per botol. Sesuatu yang kemungkinan terjadi karena ruang hidup warga baduy semakin sempit."
Dengan demikian saya meminta maaf atas cuitan saya tersebut, khususnya kepada warga baduy. Saya mengakui kesalahan, dan akan belajar untuk lebih bijak dalam mengeluarkan pendapat soal masyarakat adat Nusantara."