Bagikan:

BANTUL - Seorang pasien Rumah Sakit Lapangan Khusus COVID-19 Bambanglipuro Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang diduga hendak melarikan diri ditemukan meninggal dunia di kolam ikan. Kolam ini bersebelahan dengan fasilitas kesehatan tersebut.

"Tadi pagi saya mendapatkan laporan di grup dari dokter jaga bahwa ada pasien yang tidak ada di bed, sudah dicari kemana-mana tetapi tidak diketemukan pasien tersebut ada dimana," kata Kepala RS Lapangan Khusus COVID-19 Bambanglipuro Bantul Tarsisius Glory dikutip Antara, Selasa, 3 Agutus.

Dia mendapat informasi melalui sambungan telepon, pihak RS melaporkan ada penemuan mayat di kolam ikan milik Lusiana Sarjilah pada pukul 07.30 WIB.

"Kemudian saya sampaikan jangan ambil tindakan apapun, siapkan tim evakuasi dari RSLKC semua, langsung saya hubungi Pak Kapolsek Bambanglipuro memberitahu kejadian-kejadian ini supaya segera diturunkan tim inafis untuk membantu kami mengidentifikasi di lapangan," katanya.

Menurut Tarsisius, berdasarkan hasil identifikasi kepolisian dengan disaksikan pihak terkait, bahwa mayat yang ditemukan tersebut yaitu Agus Riyadi kelahiran 18 Juli 1980, warga Demi Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul, atau pasien RS COVID-19 yang sebelumnya tidak ada di tempat tidur.

"Jadi memang saya sudah dapat laporan dari RSLKC Bantul, bahwa sejak semalam merawat Bapak AR (Agus Riyadi) di rumah sakit lapangan, dan kesimpulan saat olah TKP tadi sudah dihadiri Pak Kapolsek Bambanglipuro dan semua tim," sambungnya.

Menurut di Tarsisius, pasien tersebut awalnya merupakan pasien COVID-19 yang sebelumnya dirawat di selter isolasi Niten, akan tetapi dirujuk ke RS Lapangan COVID-19 pada Senin, 2 Agustus karena mengalami gejala sesak nafas sehingga butuh perawatan intensif dengan bantuan oksigen.

"Pasien ini dinyatakan terkonfirmasi positif pada 30 Juli, dan diasesmen puskesmas cukup diisolasi di selter kabupaten, masuk Niten tanggal 31 Juli, dan ternyata di sana pasien ditemukan sesak nafas dan langsung dimasukkan ke ruang isolasi," ujarnya.

Dugaan sementara pasien hendak melarikan diri atau meninggalkan Rumah Sakit Lapangan karena depresi, mengingat saat dirawat di RS Lapangan, laporan dari dokter pasien sering ingin melepas alat yang terpasang di tubuhnya karena merasa tidak mengalami gejala apa pun.