JAKARTA - Tiga bulan terakhir, kegiatan belajar siswa dilakukan di rumah karena adanya pagebluk COVID-19. Sementara, beberapa waktu lagi, tahun ajaran baru akan dimulai. Pendaftarannya diurus secara daring dan orang tua mengurusnya Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Proses ini jadi bagian dari memasuki fase kenormalan baru.
Anggota Komisi E Bidang Kesejahteraan Rakyat DPRD DKI Zita Anjani menyayangkan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim belum mengeluarkan penyusunan kurikulum sekolah dan instansi pendidikan fase kenormalan baru.
"Saya minta Mas Nadiem siapkan pedoman bagi pendidik hadapi kenormalan baru. Berikan bekal yang cukup dan terukur. Bila situasi memungkinkan ke sekolah, kita buka sekolah Namun bila mengharuskan kembali belajar dari rumah, semuanya harus jadi lebih siap," kata Zita dalam pesan singkat kepada VOI, Minggu, 14 Juni.
Zita menyebut, ketika ada opsi akan membuka kembali kegiatan belajar di sekolah, pemerintah harus memberikan panduan yang detail kepada pihak sekolah sebagai pedoman menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM).
Sementara, ketika tetap menjalankan KBM di rumah dengan sistem daring, Zita meminta kurikulum belajar dari rumah dengan jelas agar bisa diterapkan kepada pengajar secara serempak.
Sebab, selama ini Kemendikbud belum mengeluarkan pedoman yang jelas soal pengaturan belajar dari rumah. Kosongnya komando dari pemerintah pusat mengakibatkan masing-masing pemerintah daerah menyusun sendiri skema belajar dari rumah.
"Kami ingin ada panduan yang jelas untuk belajar jarak jauh, berapa jam harus belajar online, aplikasi yang digunakan apa, sampai berapa besar subsidi Kuota Internet (DiKI)," tutur Zita.
"Kasihan anak-anak, terutama dari keluarga yang tidak mampu. BLT dari pemerintah habis buat hidup, bagaimana mau beli paket internet. New normal jangan sampai mengakibatkan new problem dan new discrimination," lanjut dia.
BACA JUGA:
Rumit menggodok kurikulum pendidikan di masa pagebluk
Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin tak menyangkal, kegiatan belajar di rumah menimbulkan ketidaksetaraan pengenyaman siswa untuk memahami pelajar dari guru. Sebab, masih banyak siswa yang orang tuanya sulit memenuhi kebutuhan internet untuk belajar.
"Perlu disiapkan bagaimana belajar di rumah dapat tetap efektif dan anak dapat terlayani pendidikannya dengan menyesuaikan kondisi anak, ketersediaan koneksi internet, infrastruktur, dan fasilitas untuk belajar berbasis daring, terutama di wilayah yang akses internet sangat terbatas," ungkap Ma'ruf beberapa waktu lalu.
Kata Ma'ruf, Kemendikbud mengakui bahwa pembelajaran melalui internet hasilnya kurang maksimal. Pendidikan dengan tatap muka ini menjadi hal yang sangat dibutuhkan tapi ada kekhawatiran tingginya potensi penularan COVID-19 di sekolah kepada para siswa.
"Daerah kita belum semuanya hijau, masih banyak daerah kita yang kuning, orange, merah, sedangkan yang bisa diterapkan itu yang hijau. Negara lain, yang sudah menerapkan pendidikan juga banyak yang terdampak dan ditutup kembali," kata Ma'ruf.
Oleh sebab itu, pemerintah sedang mengkaji secara komprehensif soal segala aturan hingga kurikulum belajar di tahun ajaran baru 2020-2021. Pertimbangan kesehatan menjadi fokus dalam memulai kegiatan belajar mengajar di sekolah di masa tatanan normal baru.
"Karena itu, pemerintah sedang memikirkan hal-hal yang betul rinci dan penuh kehati-hatian," imbuhnya.