Bagikan:

JAKARTA - Chengdu baru saja menjadi kota ketiga di China yang memiliki dua bandara internasional, sebagai bagian dari proyek perluasan bandara cepat Negeri Tirai Bambu. China diketahui berambisi memiliki 400 bandara yang beroperasi pada tahun 2035 mendatang, yang berarti dalam 14 tahun ke depan China akan menambah sekitar 160 bandara. 

Ambisi yang menuai tentangan dari para kritikus, lantaran bertentangan dengan janji Presiden China Xi Jinping untuk mewujudkan emisi nol bersih pada tahun 2060 mendatang.  Saat ini, China bertanggung jawab atas hampir 30 persen dari emisi gas rumah kaca global, meskipun, secara per kapita ini kira-kira sejalan dengan negara-negara seperti Inggris tapi jauh di bawah Amerika Serikat dan Australia.

Namun, munculnya bandara mega, istilah untuk bandara yang begitu besar yang dibangun dalam beberapa fase, menimbulkan kekhawatiran bagi para pecinta lingkungan, yang menekankan kita perlu membatasi penerbangan jika kita ingin memenuhi target Perjanjian Paris.

Mengutip Euronews 1 Juli, penerbangan menghasilkan gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar, terutama karbon dioksida, yang berkontribusi terhadap pemanasan global.

ilustrasi bandara
Ilustrasi bandara. (Wikimedia Commons/SCJiang)

Penerbangan kembali kelas ekonomi dari London ke New York bertanggung jawab atas sekitar 0,67 ton emisi CO2 per penumpang, menurut kalkulator dari badan penerbangan sipil PBB, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). 

Itu setara dengan 11 persen dari rata-rata emisi tahunan untuk seseorang di Inggris, atau sepenuhnya yang disebabkan oleh seseorang yang tinggal di Ghana dalam setahun.

Penerbangan menyumbang sekitar dua persen dari emisi karbon global dunia, menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA). Organisasi itu juga memperkirakan jumlah penumpang akan berlipat ganda menjadi 8,2 miliar pada 2037.

Ketika penumpang meningkat dan industri lain bergerak ke arah alternatif yang lebih berkelanjutan, kemungkinan proporsi keseluruhan emisi yang diperhitungkan oleh industri akan meningkat.

Dalam menghadapi tantangan ini, banyak negara memilih untuk tidak membuka bandara baru atau merenovasi bandara yang sudah ada. Misalnya empat negara di bawah ini yang memutuskan untuk menunda hingga menghentikan proyek renovasi, perluasan sampai pembangunan bandara baru, karena potensi dampak lingkungan.

1. Prancis

charles de gaulle
Ilustrasi bandara Charles de Gaulle Prancis. (Wikimedia Commons/Eric Salard)

Pada Bulan Februari tahun ini, Pemerintah Prancis mengumumkan mereka telah membatalkan rencana untuk ekspansi besar-besaran di Bandara Charles de Gaulle, Paris, karena masalah perubahan iklim.

Menurut sebuah wawancara yang diberikan oleh seorang menteri Prancis kepada Le Monde, ekspansi senilai 9 miliar euro itu tidak lagi selaras dengan kebijakan lingkungan.

Rencana perluasan akan melihat 40 juta lebih banyak penumpang melewati Charles de Gaulle, yang sudah menjadi bandara terbesar di Eropa, setiap tahun.

2. Inggris

Bandara Leeds Bradford
Ilustrasi Bandara Leeds Bradford Inggris. (Wikimedia Commons/Mtaylor848)

Perluasan Bandara Leeds Bradford ditunda sementara, setelah pemerintah menghentikan rencana pembangunan gedung terminal baru di jalur hijau, yang mengacu pada lahan konservasi.

Meskipun mendapat oposisi luas dari anggota parlemen lokal, penduduk dan kelompok lingkungan, rencana tersebut telah diberikan persetujuan bersyarat oleh Dewan Kota Leeds, Inggris.

Sebagai tanggapan, pemerintah mengeluarkan arahan kepada Dewan Kota Leeds, yang mencegah anggota dewan memberikan izin perencanaan tanpa izin khusus.

Namun, proyek Leeds Bradford tidak ditangguhkan secara permanen. Pemerintah Inggris masih mengkaji rencana tersebut, dengan keputusan yang tertunda.

3. Korea Selatan

Bandara Gimhae
Ilustrasi Bandara Gimhae, Busan Korea Selatan. (Wikimedia Commons/螺钉)

Renovasi Bandara Gimhae di Busan ini ditangguhkan setelah pemerintah mengharuskan mereka untuk menjalani tinjauan mendasar.

Panel yang bertanggung jawab atas keputusan tersebut juga mengatakan, rencana awal gagal memperhitungkan dampak lingkungan proyek dengan tepat, seperti polusi suara dan dampaknya terhadap satwa liar, atau kemungkinan pembatasan jam operasional untuk mencegah polusi suara bagi penduduk setempat.

4. Portugal

Bandara Lisbon Montijo
Ilustrasi Montijo Air Base, Lisbon, Portugal. (Wikimedia Commons/Jcornelius)

Regulator penerbangan Portugal menolak untuk mengevaluasi rencana untuk membangun bandara baru di Lisbon, Bandara Lisbon Montijo, sebuah proyek yang telah dipertimbangkan selama lima dekade sebelumnya.

Pada 2019, pemerintah mengatakan bandara Montijo, di mana sudah ada pangkalan udara militer, akan selesai tahun depan.

Tetapi, regulator ANAC menolak permintaan evaluasi karena tidak semua kotamadya setempat senang dengan rencana tersebut, dengan beberapa menyatakan masalah lingkungan.