Pandemi COVID-19 Mampu Gantikan Polusi Suara dengan Kicau Burung Menenangkan
Kicau burung selama pandemi bisa didengarkan kembali masyarakat perkotaan. (Unsplash/Andy Holmes)

Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 yang menyebabkan penguncian dalam jangka waktu lama secara global sepanjang tahun lalu, membuat polusi suara di kota-kota di seluruh dunia turun. Pemandangan lingkungan di perkotaan pun berubah.

Studi yang dilakukan University of Michigan School of Public Health, berhasil mengukur pengurangan keseluruhan paparan kebisingan hampir 3 desibel. Terlihat tidak banyak, tapi itu hampir setengah dari jumlah energi suara yang memantul di sekitar kota kita.

Pada Juli tahun lalu, seismolog juga berhasil mengukur penurunan gemuruh aktivitas manusia. Selama bulan-bulan awal pandemi, getaran aktivitas manusia yang direkam sensor untuk mendeteksi potensi bencana alam, turun hingga 50 persen. 

Yang menarik, suara-suara kebisingan manusia kini tergantikan oleh suara alam, suara burung berkicau yang lama tidak terdengar di perkotaan. Setidaknya selama beberapa bulan, suara alam pindah untuk menggantikan dengung manusia yang terus-menerus. Mungkin itulah yang dibutuhkan.

ilustrasi burung
Burung mampu memberikan suara yang menenangkan. (Unsplash/dfkt)

Sepanjang sejarah, suara alam telah memicu respons simbolis dan emosional dari umat manusia. Memberikan ketenangan tersendiri, berpadu dengan suara alam yang asli.

Bahkan, selama pandemi COVID-19, 63 persen orang di Inggris mengatakan menonton dan mendengarkan kicau burung menambahkan kenikmatan hidup mereka sehari-hari. 

Menurut survei Royal Society for the Protections of Birds (RSPB), lebih dari separuh responden menyebut, penguncian telah membuat mereka lebih sadar akan alam di sekitar mereka.

ilustrasi burung
Suara alam dapat memberikan efek nyata pada perasaan manusia. (Unsplash/Mark Olsen)

“Penguncian hanya membawa sedikit manfaat, tetapi tahun lalu telah memulai atau menghidupkan kembali cinta alam bagi banyak orang,” kata Kepala Eksekutif RSPB Beccy Speight, melansir Euronews.

"Alam adalah makanan jiwa bagi kita manusia. Hasil survei ini menunjukkan, kita mungkin muncul dari pandemi ini sebagai generasi baru pecinta alam," lanjutnya.

Sebuah penelitian yang dirilis akhir tahun lalu menemukan, suara alam yang kita dengar saat berada di luar ruangan dapat memberikan efek yang nyata pada perasaan sejahtera kita.

Para peneliti di Politeknik Universitas California menyembunyikan speaker di sepanjang jalur pendakian, memainkan kicau burung kepada orang-orang yang berjalan di sana. Pejalan kaki yang mendengar kicau burung melaporkan perasaan sejahtera yang lebih besar, daripada mereka yang tidak mendengar.

ilustrasi burung
Ilustrai. (Unsplash/Rod Long)

"Saya masih agak heran bahwa hanya 7-10 menit terpapar suara ini, dapat meningkatkan kesejahteraan orang," kata Profesor Clinton Francis, yang mengawasi penelitian tersebut.

“Ini benar-benar menggarisbawahi betapa pentingnya pendengaran bagi kita dan mungkin bagi hewan lain," lanjutnya.

Dan, persepsi keanekaragaman hayati, berdampak pada seberapa bagus suara alam membuat para pendaki mersa. Semakin banyak spesies yang didengar, semakin baik perasaan mereka. 

Peneliti meyakini, penting untuk mencegah polusi suara menenggelamkan suara-suara alam, yang dibutuhkan untuk manusia dan alam berkembang bersama. Dan, berkaca dari tahun lalu, mengurangi jumlah kebisingan di lingkungan kita dapat menghasilkan planet yang lebih bahagia dan lebih sehat.