Saat Koalisi Pemerintah Wanti-Wanti AHY-EBY Berkomentar di Tengah Pandemi COVID-19
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Partai-partai koalisi pemerintah buka suara soal kritik yang dilontarkan dua kakak-beradik petinggi Partai Demokrat yang menyatakan khawatir Indonesia gagal dalam menangani pandemi COVID-19.

Sang kakak sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mempertanyakan kemampuan negara untuk menyelamatkan rakyat dari pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini.

 

Sementara sang adik, yang juga Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono alias EBY alias Ibas, mengaku khawatir Indonesia menjadi failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya.

 

Di tengah situasi negara yang tak kondusif lantaran sibuk berjuang melawan lonjakan COVID-19, tentunya pernyataan 'Duo Pangeran' dari Cikeas itu semakin membuat perpolitikan nasional kembali mendidih. Khususnya, partai pendukung pemerintah.

 

Mereka lantas berbalik mempertanyakan kontribusi punggawa partai berlambang bintang mercy itu terhadap penanganan pandemi COVID-19 di tanah air. Bahkan, memperingatkan agar duo AHY-EBY hati-hati dalam berkomentar. Pasalnya, negara sudah jungkir balik berusaha agar penyebaran virus mematikan ini dapat diredam.

 

Lantas, apa kata partai koalisi?

 

Ketua DPP PPP Achmad Baidowi (Awiek) menilai AHY dan Ibas sebagai individu yang pesimis dalam menangani wabah COVID-19. Dia pun mempertanyakan kontribusi 'Dua Pangeran' Demokrat dalam penanganan pandemi ini.

"Tergantung apakah 'duo pangeran' tersebut mau ikut bersama-sama negara untuk menangani COVID-19. Kalau mereka menebarkan pesimisme, ya setidaknya orang-orang di sekitarnya bisa ikut-ikutan pesimistis," ujar Awiek dalam pesan singkat, Kamis, 8 Juli.

Sekretaris Fraksi PPP DPR itu mengatakan, dalam situasi seperti ini semua harus bersama membangun optimisme dalam menangani COVID-19. Apalagi, semua negara mengalami kendala yang sama dalam pandemi global.

"Dan beliau berdua juga tahu ketika 10 tahun ada di pemerintahan, bagaimana mengatasi persoalan di Indonesia dengan penduduk terbesar keempat di dunia. Bahkan saat itu yang belum ada pandemi covid," ucapnya.

Awiek mempersilakan jika ingin mengkritik pemerintah. Asalkan, kata dia, kritiknya membangun dan bukan justru melemahkan dengan sikap pesimisme.

"Seharusnya begitu kalau berjiwa negarawan," tegas anggota Komisi VI DPR ini.

 

Politikus PDIP Rahmad Handoyo mengimbau, agar pihak dan kelompok tertentu berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat supaya tidak memunculkan pembelahan opini di masyarakat.

 

“Jadi, ingatlah wahai politisi, ingatlah siapa pun yang mau berkomentar hendaknya berpikirlah dua belas kali, seribu kali apa dampaknya omongan itu,” kata anggota Komisi IX DPR itu.

Rahmad mengingatkan kepada masyarakat bahwa perbedaan itu penting. Namun, ketika perbedaan di saat perang akan menimbulkan energi negatif, yang akan dirugikan adalah bangsa dan seluruh rakyat indonesia.

“Apalagi di saat perang melawan COVID-19 ada yang menginginkan Presiden mundur. Itu sangat kita sayangkan,” kata Rahmad. 

 

Anggota yang mengurusi masalah kesehatan itu pun mengajak masyarakat bersatu menghadapi pandemi COVID-19. Jangan sebaliknya, berkomentar yang menganggap seolah-olah pemerintah selalu salah.

 

 

Anggota Fraksi Golkar DPR RI, Darul Siska, meminta semua pihak untuk lebih fokus menangani pandemi COVID-19 yang semakin meninggi. Ketimbang saling menyalahkan dalam situasi sulit seperti sekarang ini, khususnya kepada pemerintah.

“Dalam keadaan begini seyogyanya kita tidak saling menyalahkan tetapi saling introspeksi dan mengingatkan jika ada kekurangan salah satu pihak,” ujar Darul Siska kepada wartawan, Kamis, 8 Juli.

 

Komisi IX DPR RI bidang kesehatan ini mengingatkan, bahwa pandemi COVID-19 adalah musibah non-alam yang dirasakan semua negara. Sehingga, jangan dijadikan sebagai momentum politik untuk saling berebut kekuasaan.

 

Dia menyarankan, semua elemen untuk sementara waktu melupakan perbedaan pilihan politik dan mendukung penuh kebijakan yang diambil pemerintah guna memutus rantai penyebaran COVID-19.

 

Menurutnya, yang paling utama saat ini ialah langkah nyata dan konkret agar Indonesia keluar dari COVID-19. Daripada membuat pernyataan yang gaduh lebih baik bergotong-royong melawan pandemi.

“Indonesia sedang dihantam krisis pandemi COVID-19. Ini harus kita hadapi dengan semangat kebersamaan,” tegas legislator dapil Sumatera Barat itu.

 

Sementara, Partai Gerindra menilai perseteruan tak akan bermanfaat di tengah penanganan pandemi COVID-19. Dia pun tak mempersoalkan pernyataan Partai Demokrat yang meminta partai koalisi pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak asal bapak senang atau ABS. 

"Perseteruan politik nggak akan bermanfaat meringankan penderitaan rakyat yang terdampak pandemi COVID-19," kata Waketum Gerindra, Habiburokhman kepada wartawan, Kamis, 8 Juli.

Menurut Wakil Ketua MKD DPR itu, parpol di pihak pemerintahan harus membuka diri terhadap kritikan dari mana juga, termasuk dari partai politik non-pemerintah. Sementara di sisi non-pemerintahan, kata Habiburokhman, jangan sekadar menunggangi isu penanganan COVID-19 sebagai peluru politik.

"Di negara mana pun ketika bencana terjadi maka elemen politik yang berseteru harus berdamai dahulu, segera kompak ringankan beban rakyat. Setelah bencana berlalu silakan kalau mau lanjutkan perseteruan," tegasnya.

Anggota Komisi III DPR RI ini teringat bagaimana penanganan tsunami yang melanda Aceh. Kala itu, kata dia, pihak pemerintah dan yang kontra dapat meredakan ketegangan.

"Kita ingat waktu tsunami Aceh tahun 2004, pihak TNI dan GAM segera melakukan jeda perdamaian untuk selanjutnya malah damai permanen dengan adanya MoU Helsinki. Kalau yang perang dar-der-dor saja bisa damai, masa yang hanya berbeda pandangan politik nggak bisa damai," ucap Habiburokhman.

Habiburrokhman mengingatkan bahwa pandemi ini sifatnya global dan terjadi di seluruh dunia. Bahkan, semua negara tidak punya referensi mengatasi masalah sebesar ini. 

 

"Pasti banyak permasalahan di sana-sini dalam penanganannya. Yang paling penting kita bisa bersama-sama melakukan evaluasi dan tindakan korektif," tandasnya. 

 

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat (Waketum PD) Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas mengingatkan pemerintah soal penanganan COVID-19. Dia juga mempertanyakan kapan Indonesia akan bebas dari ganasnya virus mematikan itu.

"COVID-19 makin 'mengganas'. Keluarga, sahabat dan di lingkungan kita banyak yang terpapar bahkan meninggal dunia. Sampai kapan bangsa kita akan terus begini?" kata Ibas, Rabu.

Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR ini mewanti-wanti negara agar mampu menyelamatkan nyawa masyarakat. Sebab, Ibas tak ingin Indonesia sampai disebut 'bangsa gagal' atau 'failed nation'.

"Jangan sampai negara kita disebut sebagai 'failed nation' akibat ketidakmampuan negara selamatkan rakyatnya," ucapnya.

"Apa yang salah dari kritik Mas AHY dan Mas Ibas?" kata Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief kepada wartawan, Kamis, 8 Juli.

Andi Arief menuturkan, kritik AHY dan Ibas ada dasarnya. Menurutnya, saat kasus COVID di banyak negara mulai melandai, Indonesia dalam ancaman besar karena jumlah kasus harian yang terus memecahkan rekor.

"Faktanya bahwa pemerintah memiliki skema yang tidak konsisten soal lockdown, vaksin, dan sejumlah tes kesehatan," kata Andi Arief.

Andi Arief meminta partai koalisi pemerintah tidak asal berbicara menyenangkan Presiden Jokowi. Andi Arief berharap kritik AHY dan Ibas didengar.

"Partai-partai koalisi pendukung Jokowi diharapkan tidak ABS (asal bapak senang). Jangan menjadi Harmoko ke-2 dalam sejarah Republik Indonesia," ucap Andi Arief mengritik.