JAKARTA - Kementerian Kesehatan Thailand mengusulkan pembatasan perjalanan baru dan pembatasan yang lebih ketat di daerah berisiko tinggi untuk menahan kenaikan kasus COVID-19.
Usulan pembatasan yang lebih ketat itu muncul ketika Thailand melaporkan rekor kasus kematian harian. Dimana dalam sehari 75 orang meninggal akibat virus corona.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha akan mempertimbangkan pembatasan baru dalam pertemuan pada Jumat, 9 Juli.
"Kementerian kesehatan akan mengusulkan langkah-langkah pertama untuk membatasi perjalanan dan agar orang tidak meninggalkan rumah mereka kecuali diperlukan," kata sekretaris tetap kementerian Kiatiphum Wongrajit kepada wartawan dilansir Reuters dari Antara, Kamis, 8 Juli.
Dia menyampaikan bahwa penghentian perjalanan antarprovinsi juga sedang diusulkan.
Langkah-langkah lain yang diusulkan termasuk menutup tempat-tempat yang tidak penting dan area-area yang menarik banyak orang berkumpul, kata Kiatiphum.
BACA JUGA:
Aturan-aturan pembatasan tersebut akan berlaku selama 14 hari dan akan mencakup wilayah metropolitan Bangkok dan "zona penyangga", kata Kiatiphum tanpa menjelaskan lebih lanjut.
"Aturan pembatasan yang akan diberlakukan ini memiliki intensitas yang sama dengan yang diberlakukan pada April 2020," katanya, mengacu pada tindakan penguncian tahun lalu yang mencakup jam malam nasional.
Saat ini, Thailand telah menerapkan langkah-langkah di "zona berisiko tinggi", termasuk Bangkok dan provinsi sekitarnya, untuk menutup mal lebih awal dan melarang kegiatan makan di restoran.
Namun, langkah-langkah itu belum dapat menghentikan laju penularan infeksi virus corona dalam sebulan terakhir.
Gugus tugas COVID-19 Thailand pada Kamis melaporkan 7.058 kasus baru, sehingga total kasus COVID-19 di negara itu mencapai 308.230.
Thailand juga telah mencatat 2.462 kematian akibat COVID-19 sejak pandemi dimulai tahun lalu.