Gubsu Edy Tunda Sekolah Tatap Muka Bulan Juli, Bobby Nasution Mengikuti
Wali Kota Medan Bobby Nasution (Satria H/VOI)

Bagikan:

MEDAN - Pemprov Sumatera Utara memutuskan untuk menunda pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah pada Juli mendatang. Wali Kota Medan Bobby Nasution mengikuti keputusan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi itu. 

"Kami mengikuti, wajib mengikuti," ujar Bobby Nasution, Rabu 30 Juni. 

Dari awal, kata Bobby Nasution, Pemko Medan hanya menyiapkan fasilitas dan infrastruktur apabila belajar tatap muka dilakukan. 

"Kami Pemda wajib menyiapkan fasilitas apabila pembelajaran tatap muka berlangsung. Kami kemarin menyiapkan fasilitas apabila sekolah seperti tadi kita sama-sama mencuci tangan, teredukasi kepada anak-anak, muridnya, juga di luar kelas," jelasnya. 

Bobby Nasution yang juga menantu Presiden Jokowi ini menegaskan dirinya tidak mempersoalkan penundaan belajar tatap muka. Baginya, jika sekolah tatap muka dilakukan, Pemko Medan siap memfasilitasi.

"Tidak ada masalah bagi kami, kami hanya menyiapkan fasilitas. Kalau dibuat tatap muka, kami Pemko Medan siap, memang kami sarankan ini daring saja," ungkapnya. 

Diberitakan sebelumnya, Pemprov Sumut memutuskan untuk menunda pembelajaran tatap muka di sekolah tahun ajaran baru 2021/2022 di seluruh wilayah Sumut. 

"Hari ini kita rapat untuk keputusan tentang pembelajaran tatap muka, dan sudah diputuskan bersama untuk wilayah Sumatera Utara, seluruh kabupaten/kota sepakat untuk tatap muka ditunda dari jadwal yang sudah ditentukan dari pemerintah pusat tanggal 12 Juli 2021," kata Wagub Sumut Musa Rajeckshah (Ijeck). 

Meskipun ditunda, Ijeck memastikan pembelajaran daring tetap berlangsung. Rencananya, Pemprov Sumut akan melihat perkembangan COVID-19 hingga Agustus 2021.

"Ditunda melihat perkembangan kesehatan dan wilayah di daerah Sumut sampai bulan Agustus nanti akan diumumkan kembali. 

Pembelajaran, baik penerimaan siswa baru tetap dilaksanakan melalui media online dan zoom," ujarnya. 

Pendidikan di masa pandemi COVID-19 ini, kata Ijeck tak bisa berjalan sendirian. Dia tak ingin, pelaksanaan pembelajaran tatap muka malah menjadi klaster baru penyebaran COVID-19. 

"Jadi sejalan dengan itu, supaya bisa juga vaksinasi ini secara massal didapatkan masyarakat kita, apalagi saat ini pak presiden sudah menyampaikan sudah dibolehkan untuk anak remaja usia 12-17 tahun mendapatkan vaksinasi," sebutnya.